
CICALENGKA – Sejak dibuka tahun 2010 dan mulai beroperasional tahun 2011, dalam waktu relatif singkat sekolah yang berdiri di atas lahan 1,4 hektare ini berkembang cukup pesat dan banyak diminati siswa SMP yang ingin melanjutkan sekolahnya. Tiap tahun tidak kurang dari 300-an siswa baru diterima di SMK Muthia Harapan Cicalengka.
Apalagi SMK ini menjalin hubungan kerjasama dengan sejumlah SMP untuk mempromosikan dan menjaring calon siswa SMK Muthia Harapan. Biaya pendaftaran yang kompetitif dan terjangkau bahkan bisa dicicil, juga jadi salah satu daya tarik untuk belajar di SMK MHC.
Selain itu, masih dalam rangka menjaring para calon siswa, setiap akhir tahun juga digelar kegiatan MHC Event yang diikuti para siswa kelas tiga SMP atau MTs/sederajat dari berbagai wilayah, termasuk Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung dan Kota Bandung.
“Minat calon siswa cukup antusias untuk melanjutkan sekolah ke SMK MHC. Apalagi kami memang menjalin kerjasama dengan sejumlah perusahaan untuk praktek kerja industri (prakerin) dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung maupun Pemprov Jabar untuk mendapatkan informasi lowongan kerja dan menyalurkan lulusan sekolah kami ke perusahan yang membuka lowongan kerja itu,” ungkap Kepala SMK MHC H. Asep Saepulloh,S.Ag, kepada Balebandung.com, Kamis (28/9/17).
Dengan cara seperti itu, Asep menyebut 80% lulusan SMK MHC bisa langsung terserap lapangan kerja. Sisanya ada yang melanjutkan pendidikan ke level lebih tinggi atau mendaftar ke institusi TNI/Polri. Tiap angkatannya SMK MHC meluluskan 200 siswa dari kedua program.
SMK MHC juga mengadakan program Kunjungan Industri agar siswa bisa lebih mengenal dan memahami serta mengaplikasikan ilmu yang didapat di sekolah dengan praktek di lapangan. Kalau beruntung, siswa juga bisa diikutsertakan dalam program pembelajaran siswa ke Australia. Dengan demikian, SMK MHC mampu menghasilkan lulusan yang siap kerja, cerdas dan kompetitif.
Tapi jangan heran kalau saat pendaftaran nanti ada seleksi fisik di samping seleksi akademik. Seleksi akademik menyangkut kecerdasan dan prestasi akademik calon siswa. Sementara seleksi fisik yang dimaksud diantaranya para calon siswa tidak boleh bertato dan tidak ditindik atau dianting bagi siswa laki-laki.
“Bukannya kami tidak ingin membimbing siswa yang bertato, ditindik atau dianting. Ini karena menyangkut masa depan siswanya juga kalau nanti lulus sekolah dan bekerja di perusahaan-perusahaan yang menjalin kerjasama dengan sekolah kami khususnya,” tandas Asep. [pariwara]