NAGREG,balebandung.com – Konon menurut cerita sejumlah warga setempat, di Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung ada peristiwa sejarah budaya yang diperkirakan sudah berusia berabad silam.
Sebut saja peristiwa sejarah budaya itu adalah Kerajaan Kendan. Nama Kerajaan Kendan ini sudah cukup populer di kalangan masyarakat luas, khususnya di lingkungan warga setempat. Warga setempat ada yang menyebutkan, situs budaya Kerajaan Kendan itu ada di kawasan Desa Citaman dan Desa Nagreg Kendan Kecamatan Nagreg.
Namun titik lokasi dan batas wilayah situs budaya Kerajaan Kendan itu belum diketahui pasti. Tetapi banyak pihak termasuk dari Pemerintah Desa Citaman menyebutkan, bahwa bekas situs budaya Kerajaan Kendan di antaranya ada di wilayah Desa Citaman Kecamatan Nagreg.
Warga setempat menginformasikan adanya bebatuan yang diperkirakan bekas peninggalan para pelaku sejarah masa lampau tersebut. Bebatuan itu berada di kawasan perbukitan Desa Citaman.
Terkait dengan peristiwa sejarah Kerajaan Kendan itu, Pemerintah Desa Citaman terus aktif untuk menggali potensi peristiwa sejarah itu. Pemerintahan setempat berusaha untuk mengembangkan desa wisata budaya Nagreg Desa Citaman.
“Pengembangan wisata budaya itu mengangkat tema ‘Ndeh Nihan Carita Parahyangan’, yang berkaitan dengan peristiwa sejarah budaya Kerajaan Kendan pada masa lampau yang konon sempat ada di wilayah Nagreg,” kata Kepala Desa Citaman Abah Yayan Heryana di Desa Citaman, Selasa (14/2/2023).
Pengembangan desa wisata berbasis wisata budaya menjadi salah satu program prioritas karena berkaitan erat dengan budaya masa lampau, yaitu dengan adanya situs budaya Kerajaan Kendan. Hal ini pula bagian dari pelestarian dan mengingat kepada generasi penerus bangsa.
Seiring dengan peninggalan budaya tersebut, Abah Yayan, dipandang perlu untuk melakukan pengembangan potensi dan memecahkan masalah desa wisata berbasis alam, sejarah, budaya dan pemberdayaan masyarakat.
“Apalagi sebelumnya, kita melaksanakan penyusunan kajian master plan desa wisata budaya Kerajaan Kendan Desa Citaman. Hal itu sebagai bentuk kebutuhan rancangan kawasan desa wisata sebagai hilirisasi atau tindak lanjut kajian terdahulu maupun kajian eksisting,” tutur Abah Yayan.
Urgensi kebutuhan pengembangan desa wisata berbasis potensi alam, sejarah-kebudayaan dan ekonomi pemberdayaan masyarakat.
Pengembangan kepariwisataan di Desa Citaman Nagreg Kabupaten Bandung ini untuk mewujudkan destinasi unggulan berbasis potensi alam dan budaya lokal, menuju Kabupaten Bandung maju, mandiri dan berdaya saing.
Tak hanya itu, kata Abah Yayan, pengembangan kepariwisataan itu untuk menumbuhkan sumber daya manusia, masyarakat sadar wisata, mengembangkan potensi destinasi pariwisata.
Selain itu, kemitraan dengan pelaku usaha pariwisata, nilai budaya luhur, pelestarian dan pemeliharaan cagar budaya, menggali dan melestarikan potensi destinasi, iklim investasi dan usaha pariwisata kondusif, kerja sama dengan sektor lain.
Abah Yayan menyebutkan pengembangan Desa Wisata Citaman ini berada di kawasan strategis pariwisata daerah yang merupakan kawasan wisata alam dan sejarah kerajaan kendan Cicalengka-Nagreg.
Pengembangan desa wisata ini dengan sasaran penerapan konsep pengembangan kawasan ekowisata dan situs sejarah dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pelestarian lingkungan.
Abah Yayan pun mengungkapkan jejak peradaban Kerajaan Kendan. Informasi situs yang perlu dikaji lebih lanjut yakni Situs Petilasan Resiguru Manikmaya, Situs Batu Korsi, Situs Makam Singa Larang dan Situs Makam.
Kemudian informasi bangunan yang perlu dikaji adalah Baleeh Bubut (Kediaman Raja), Situs Baleeh Gedeh (Keraton), Sumber Air Pamujaan dan lain-lain.
“Informasi benda yang perlu dikaji lebih lanjut, yakni Mahkota Kerjaan Kendan, Arcamanik, Arca Durga dan Nandi,” katanya.
Abah Yayan pun turut menjelaskan posisi strategis Tatar Kendan dalam sejarah Sunda-Galuh hingga Padjadjaran. Hal itu sangat erat kaitannya dalam upaya mendongkrak pengembangan Desa Wisata Citaman Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung.
“Menengok catatan dalam naskah Bujanggamanik ini pada abad ke-15 Masehi, gunung/bukit sebagai pilar peradaban. Salah satunya bukit Kendan,” kata Abah Yayan.
Pada naskah tersebut, Abah Yayan mengungkapkan Bujanggamanik berkeliling cekungan Bandung Inti Tatar Parahiyangan untuk mendapatkan tempat terbaik dan terakhir hayatnya.
Terkait jejak peradaban Kerajaan Kendan, di antaranya jejak Situs Petilasan Resiguru Manikmaya, Situs Batu Korsi, Situs Makam Singa Larang. “Situs-situs itu yang perlu dikaji lebih lanjut,” ujarnya.
Termasuk bangunan yang perlu dikaji lebih lanjut, di antaranya Baleeh Bubut (Kediaman Raja), Situs Baleeh Gedeh (Keraton), dan sumber air Pamujaan.
Sementara benda yang perlu dikaji lebih lanjut, yakni Mahkota Kerajaan Kendan, Arcamanik, Arca Durga dan Nandi.
Pada masa peradaban kerajaan Kendan itu, berkaitan dengan sosial budaya, bahasa dan keagamaan. Tentunya, ada adat yang berkaitan dengan siklus kehidupan, sopan santun, pergaulan dan sumber daya alam.
Perlu diketahui pula, berkaitan dengan upacara/ritual, pakaian adat, makan khas tradisional, obat tradisional, permainan tradisional, bahasa dan keagamaan.
“Potensi gagasan dan gerakan menuju Desa Wisata Citaman, di antaranya rencana revitalisasi dan pengembangan obyek wisata buah naga. Selain itu rencana pengembangan wisata ziarah Mbah Singa, Mbah Cakra Astana Gede. Kemudian rencana pembangunan Gedung Budaya Pendopo Desa Citaman,” ungkap Abah Yayan.
Ia pun merencanakan pembangunan pengembangan Gapura di Desa Wisata Citaman, pengembangan obyek wisata Tugu Batu Korsi dan sarana rekreasi outbon, Alun-alun Desa Citaman.
“Rencana lainnya pengembangan Taman Tematik dan pengembangan Kampung Ca’ang,” ujarnya.
Abah Yayan pun turut menjelaskan potensi puseur Dayeuh Kendan (core wisata). Mulai dari potensi Alun-alun Citaman, lahan pengembangan wisata edukasi, wisata kolam renang Citaman.
“Potensi lainnya adalah naturalisasi kampung sebagai homestay, Situs Singa Larang, Situs Cakra Buana, Situs Batu Korsi, rencana Gedung Budaya (museum) dan potensi taman buah,” ungkapnya.***