BANDUNG – Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Hadi Prasojo menegaskan pihaknya bisa lebih preman lagi jika warga Komplek Perumahan Angkatan Darat Gegerkalong (KPAD Gerlong) Kota Bandung melakukan cara-cara premanisme dalam upaya penertiban 38 rumah dinas di komplek tersebut. Pangdam mengatakan apa yang dilakukan pihaknya sudah sesuai aturan hukum yang ada dan sebagai negara hukum semua harus menaatinya.
“Tapi kalau mereka memakai cara preman, saya bisa lebih preman, saya habisin. Geng motor aja saya habisin!” tandas Pangdam kepada wartawan, usai rapat koordinasi dengan seluruh Pengurus KONI Jabar dan seluruh Dansat dan Dandim Kodam III Siliwangi yang terlibat dalam kegiatan PON, di Graha Tirta Siliwangi , Jumat (23/7/16) malam.
Pangdam beralasan pihaknya hingga kini belum melakukan penertiban karena masih melakukan cara-cara persuasif agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Buktinya, sebut Hadi, dari yang tadinya 87 rumah hendak ditertibkan, kini menyusut tinggal 38 rumdis lagi karena dilakukan upaya persuasif.
“Kalau yang 38 ini tetap ngeyel, ya sudah kita tertibkan. Tunggu saja. Kalau sampai saat ini kami masih menunda penertiban, karena ada perwakilan datang ke saya minta batas waktu, oke saya kasih waktu lagi. Tapi mengenai batas waktunya masih rahasia,” tukas Hadi.
Pangdam menandaskan pada prinsipnya KPAD Gerlong adalah tanah negara dibeli Gatot Subroto selaku Wakasad TNI waktu itu seharga Rp 21.484.000. Jadi menurutnya tidak benar kalau itu diambil dari rapel gaji prajurit. Hadi menuturkan dulunya lokasi Gerlong tersebut sebagai Kolat (Komando Latihan) Tapi karena banyak tentara yang tidak dapat rumah, tinggal di penginapan atau hotel, maka TNI AD mengambil kebijakan menjadikan komplek perumahan untuk meringankan beban tentara waktu itu.
“Sekarang mereka yang tinggal di situ kebanyakan anak-anak saya, tapi mereka nggak berhak. Silahkan untuk melakukan penjualan ke prajurit yang aktif. Tapi kalau tidak mau menjual dan itu merasa haknya, boleh silahkan menempuh jalur hukum,” kata dia.
Ditanya soal ancaman warga ke-38 rumdis tersebut akan membakar rumah, Pangdam bilang tidak masalah. Bahkan pihaknya berterima kasih kalau rumdis itu dibakar karena harga rumdis itu mencapai Rp100-250 juta dijual ke prajurit aktif.
“Emangnya gua pikirin? Kalau rumahnya dibakar saya terima kasih. Saya nggak usah pusing mikirin duid untuk membeli rumahnya. kalau perlu nanti saya kasih bensin sama ban bekaslah untuk membakar rumah,” selorohnya.
Begitu pula dengan ancaman dari senior berpangkat Mayjen yang tinggal di KPAD. “Seharusnya beliau berkaca diri, saya menghormati beliau sebagai senior dan saya jadi jenderal karena beliau. Sebagai senior beliau harus menjadi contoh bagi juniornya. Tapi kalau beliau sudah bilang sejengkal tanah pun akan saya pertahankan sampai titik darah terakhir, itu kan kata-kata mengusir penjajah. Kalau begitu caranya saya nggak bisa menghormati beliau,” ungkap Hadi.
Terkait warga yang memblokade akses masuk ke komplek tersebut, Pangdam menandaskan jika sudah menimbulkan keresahanmasyarakat, barikade itu akan ia cabut.. “Kalau masyarakat sudah melapor ke saya bahwa barikade itu mengganggu, saya akan hilangkan, akan saya bereskan,” tandasnya. [iwa]