Bale Bandung

KUB Vs Nenek Lanjar (Bag. 2): Pembalasan KUB, Tanah Hitam Kelemahan Nenek Lanjar

“Sastrajendra Wahyudiningrat sabda dola pertolongan hoyong kekuatan” samar-samar..

…KUB mengelilingi rumah Nenek Lanjar dengan pagar gaib. Lantas, tok..tok..tok..

“Assalamualaikum!”

“Siapa kono? Masuk! Masuk..masuk..masuk..”

“Assalamualaikum, Saya Ujang Bustomi”

“Oh, Ke sini lagi kamu?”

“Ya, Boleh saya masuk?”

“Tunggu dulu, itu sepatu dilepas dulu, tunda di luar. Nggak sopan!”

“Saya mohon maaf, tadi saya dicocok semut soalnya.”

“Copot dulu! Nah, gitu dong..”

“Sehat, Nek?”

“Yo, sehat terus nenek sih..Nenek Lanjar mah sehat terus belum pernah sakit sejak muda sampai tua!”

“Oh, belum pernah sakit..”

“Ya, iya karena nenek orang sakti!”

“Oiya, nenek orang sakti..”

“Belum tahu kamu!”

“Saya janji untuk balik lagi nih.”

“Oiya kamu janji balik lagi tadi malam. Mau apa? kamu kok sudah kalah ke sini lagi?”

“Saya mau nekek nenek!”

“HAH? Sembarangan kamu kalau ngomong. Pengen busuk mulutmu,hah?”

“Maaf saya keceletot, maksudnya saya mau silaturahmi.”

“Oh, gitu dong! Hati-hati kalau bicara sama Nenek Lanjar!”

“Ya, makanya tadi saya keceletot mohon maaf. Saya datang mau silaturahmi.”

“Bagus! Pengen kamu silaturahmi? TIDAK!”

“Saya ke sini itu mau damai!”

“TIDAK BOLEH! tidak mau!”

“Kenapa? Saya ke sini mau damai, saya ngaku kalah. Nenek itu hebat!”

“Baru tahu kamu saya hebat? Jadi, kamu pengen damai?”

“Iya, saya mau damai..”

“Nenek Lanjar tidak mau damai. Yang mau Nenek Lanjar adalah membunuh kamu! ”

“Aduh jangan sih Nek, saya masih punya cucu..”

“Biarin! Bilamana perlu, kamu dibunuh, bini, anak, cucu, saudara-saudaramu, mau tak bunuh semua, tak hancurkan, tak habisi, tak musnahkan dari muka bumi ini!”

“Aduh jangan kayak gitu, Nek. Nenek sudah tua nanti setruk, marah-marah aja dari kemarin..”

“Tuh..ngupatani lagi, nenek mau setruk. Kamu yang struk duluan”

“Ya, makanya saya datangi nenek itu dalam rangka saya datang ke sini dalam rangka damai. Saya ke sini, mau menjadi murid nenek saja..”

“Tidak mau! Nenek Lanjar tidak mau punya murid seperti kamu!”

“Kenapa?”

“Tidak sudi dunia akherat. Pokoknya tidak mau! Karena kamu sudah bikin sakit, bikin sakit, bikin lara, bikin sengsara sama murid-murid saya!”

“Ya, makanya saya datang ke sini mau minta maaf, saya mau damai. Walaupun nenek di sini sudah nunggu saya lama.”

“Sejak pagi sampai malam duduk di sini nenek. Menunggu kedatangan kamu, tahu?”

“Ya, kenapa tidak datang saja ke padepokan?”

“Nenek suruh datang ke padepokan kamu? Tidak sudi dunia akhirat!”

“Ya, makanya saya datang ke sini , saya menepati janji saya tadi malam ke sini, saya bukan mau tarung, bukan mau cekek-cekekkan, buat apa? Saya intinya mau damai itu aja!”

“Keinginan kamu mau damai. Tapi aku tidak mau damai, tidak mau memaafkan!”

“Lah, Tuhan aja Maha Memaafkan, Nek ”

“Jangan disamakan sama Tuhan tahu?”

“Kenapa?”

“Tidak sudi kamu nyebut-nyebut nama Tuhan. Aku tidak kenal sama Tuhan! Yang nyiptain nenek siapa?”

Baca Juga  KUB Vs Nenek Lanjar (Bag. 1): Kidung yang Bikin KUB Kalah

“Iibu saya yang melahirkan,” tukas Nenek. Nah, yang bikin saya itu bapa saya sama ibu saya!”

“Nah, kucing yang bikin siapa?”

“Yang bikin ibunya kucing dong. Kodok ya ibunya kodok!”

“Ibunya kodok yang bikin siapa?”

“Bapak tuanya kodok! Ibu gede bapak gede, mide.”

“Semut yang bikin?”

“Ya, bapaknya semut”

“Bapaknya semut, yang bikin siapa?”

“Bapak tuanya semut!”

“Oh berarti begitu. Ya udah terus gimana? Saya mau damai”

“Saya mau matenin kamu!”

“Kenapa sih Nek, begitu dendam begitu amarah sama saya, sampe saya minta maaf saja Nenek nggak mau, kenapa?”

“Pengen tahu alasannya?”

“Kenapa?”

“Terutama, murid-murid saya pada kaku, pada pingsan, pada klenger, geletakan di sini, karena kamu kan? Temen-temen saya, saudara-saudara saya,..”

“Ya sudah, Nenek ini kok jadi kemana-mana. Saya ke sini itu pasrah Nek, Pasrah urip sapasrah pati ning minta urip, saya mau hampura, mau minal aidin wal faizin..”

“TIDAK! tidak..tidak!”

“Nenek hebat, nenek kuat, nenek sakti..”

“Kamu tahu ya, saya sakti?”

“Ya, tahu!”

“Hebat? Ya tahu, Digdaya? Ya, tahu. Tidak Mempan. Ya, tahu. Hahahaha..Tapi, kamu datang ke sini ingin mati?”

“Saya sih ingin hidup. Makanya saya ke sini ingin damai..”

“Tidak sudi! Tidak sudi kamu hidup di muka bumi ini!”

Dipancing untuk Mabuk

“Jangan marah-marah, saya itu sudah kasih air kasih minum. Sama itu apa di samping nenek ada boled.

“Ini? Ini boled, untuk makannya setan!”

“Masak setan makannya boled, Nek?”

“Iya habis ritual.”

” Terus kalau keselek setannya gimana?”

“Minumin!”

“Pake apa?”

“Nih, tuak!”

“Aduh nanti setannya mabuk terus gimana?”

“Biarin, hehe..”

“Nanti ngisingnya gimana setannya?”

“Kalau nggak bisa ngising ya diminumi lagi, kasih tuak lagi, nanti lancar ngisingnya..”

“Aduh setannya pada ngising dong!”

“Kalau kamu mau? Hah? Kalau mau kamu?

“Enggak..”

“Ini mintanya setan”

“Ya, terus buat nenek aja ”

“Buat nenek? Ya..Kamu enggak mau? Ya udah kalo enggak mau. Kalau enggak mau ini buat kita, buat setan!”

“Setan milihnya yang mana? Boled apa jeruk?”

“Iya, kadang milih jeruk, kadang milih boled..”

“Oh begitu..”

“Karena habis ritual. Kalau ritual sukanya begini setan tuh!”

“Oh, berarti setan suka boled juga ya Nek?”

“Suka boled!”

“Kesukaan saya juga boled itu Nek! Tapi enggak mau yang itu Biar itu mah buat setan aja..Udah yang penting saya sudah tahu nih, berarti setan makannya boled, minumnya tuak. Sekali lagi, saya minta maaf! Mau diterima enggak maaf saya?”

“Saya tidak mau. Tidak mau, titik! Tidak mau!”

“Ada kata damai enggak? Biar ada win-win solution?”

“Tidak ada! Maaf tidak ada damai! Yang ada, saya ingin membunuh kamu, ingin memusnahkan kamu!”

“Aduh jangan kencang-kenceng Nek! Telinga saya nanti budeg!”

“Biarin aja, sok aja budeg!”

“Ya, udah gini aja. Sok sambil ada tamu, nenek minum aja udah itu tuaknya.”

Baca Juga  Bupati Bandung Akan Gelar Sayembara Nama Baru RSUD Soreang

“Nenek suruh minum tuak? Iya? Kamu pengen tahu saya minum tuak?”

“Ya, saya pengen tahu ritualnya nenek minum tuak”

“Ya, biasa dong minum tuak nenek mah.. Enggak pernah minum teh botol Enggak pernah itu air yang putih mineral,”

“Ya, udah sambil saya temenin saya sambil merokok.”

“Aah..,nikmat sekali!”

“Lagi nek, lagi..”

“Lagi?”

“Lagi..”

“Aah, nikmat sekali emang..”

“Aduh, lagi, sedikit lagi..”

“Lagi?”

“Ya, lagi sedikit lagi”

“Pelan-pelan..”

“Iya,pelan-pelan sedikit lagi..”

“Aduh, enak Nek?”

“Enak sekali.. Nikmat sekali..”

“Ini berapa Nek?”

“10.. Ini Nek? 11.., Ini?..13..”

“Aduh nenek cantik sekali Nek..”

“Aduh, minta rokok dong nenek, ambilkan rokok!”

“Rokok saya saja mau Nek?”

“Nggak mau itu nggak doyan, tuh ada rokoknya!”

“Nenek cantik sekali kelihatannya, Nek..”

“Ya, karuan, Nenek Lanjar dilawan. Biar pun umurnya sudah lebih 100 tahun tapi masih cantik!”

“Sambil merokok Nek. Aduh, nenek seksi sekali kelihatannya”

“Seksi?”

“Ya, seksi sekali Nenek sayangku!”

“Cantik? Seperti apa cantiknya nenek?”

“Seperti artis luar biasa kecantikan nenek..Mirip artis Jakarta, Nek!”

“Waahahaha..artis Jakarta, seperti siapa cantik dan seksinya?”

“Ontohod!”

“Hah? Ontohod tuh siapa?”

“Aura Kasih!”

“Ouw, Aura Kasih! Hahaha..”

“Luar biasa! Pokoknya seksi nenek!”

“Minum lagi sedikit lagi Nek..”

“Minum lagi? Boleh..masih kuat..belum setengah botol…biasa lima botol nenek…Ini belum apa-apa..”

“Terusin nenek cantik…aduh nenek cantik..ya salam..”

“Hah..enak..nikmat luar biasa, kamu ingin minum?”

“Waduh saya lagi puasa..”

“Puasa kok merokok?”

“Merokok ngga apa-apa. Lagi puasa minum, nanti lambungnya kena.”

“Puasa minum? Tapi merokok nggak apa-apa..”

“Nenek, suaranya merdu sekali tadi ketahuan Nenek. Coba, nyanyikan lagu buat saya Nek, suara emas Nenek yang seperti artis Aura Kasih!”

“Gitu? Ya, karuan. Minum dulu, supaya suaranya enak..”

“Ya, nyanyi buat saya nenek sayangku, yang paling cantik, yang paling seksi..”

“Adeuh.. seneng sekali dipuja puji seperti artis Aura Kasih..Nenek Lanjar gila a..”

“Nyanyi cepet sayangku..”

“Balonku ada lima..”

“Duuaarrr! Ya kan door..Aduh cantik sekali nenek..suaranya merdu sekali..”

“Oh iya, ya bukan gitu. Kaget nenek!”

“Oh kaget ..untung belum mati nenek’e..”

“Tuh..ngupatani!”

“Oiya, Nenek umurnya panjang..”

“Nggak boleh ..dosa itu ke orangtua”

“Nenek panjang umurnya sampai kiamat semua sudah mati..cuma nenek tinggal sendirian, mau?”

“Nggak mau dong..”

Lantas,..

“Nek, saya mau minta, nenek itu kelemahannya apa?”

“Kelemahannya? Untuk apa tahu kelemahannya Nenek Lanjar?”

“Ya, kan nenek cantik, nenek kan baik hati sama saya.”

“Buat apa? Nenek tanya sekali lagi..”

“Buat pegangan saya Nek..”

“Pengen sakti seperti nenek?”

“Iya, saya pengen sakti seperti nenek”

“Nenek digjaya”

“Iya, Nenek digjaya. Saya nggak bakal ngomong ke murid-murid nenek.”

“Oh iya, tadi mau bilang nenek. Kalau sudah dikasih tahu ya jangan dikasih tahu sama murid-murid nenek..”

Pokoknya aman 100 persen. Nenek cantik seksi seperti Aura kasih, cintaku, sayangku..Apa nek?

Baca Juga  Mayat Pemuda di Sungai Cisangkuy Dibunuh Temannya Sendiri

“Tanah hitam..” jawab Nek Lanjar.

“Oh, tanah hitam!”

“Tanah hitam kelemahannya Nenek Lanjar. Tanah hitam diinjak-injak. Kalau tanah hitamnya sudah diinjak-injak, luntur hancur lebur ilmu nenek.”

“Oh, seperti hatiku luntur sama Nenek sayang! Nenek cantik banget. Keprok tepuk tangan dulu buat nenek. Hore.. cantik, luar biasa. Joget dong buat saya. Biar seksi.”

“Pengen tahu nenek bisa joget? Biarin saya biasa goyang. Goyangnya gimana?”

“Goyang dombret..goyang dombret, udah kan tahu?”

“Tuh, gitu, kelemahannya apa? Tanah hitam. Kalau sudah diinjak-injak, hancur luntur ilmu nenek, tidak bisa berdaya.”

“Nenek itu belajar nyanyi sama jogednya di mana sampai suara sama jogednya terngiang-ngiang?”

“Kamu kok baik sekali sih?”

“Saya orang terbaik di dunia!”

“Oya, paingan..”

Lantas..

“Kok, jadi jelek nenek?”

“HAH? Kenapa jelek? Tadi cantik bahenol seksi tuh..belum lama..”

“Jelek ah. Jadi jelek lagi! Udah bau tanah!”

“Hah? Udah bau tanah? Kamu yang bau tanah pakai minyak wangi dong!”

“Nenek itu mau mati sebentar lagi!”

“Kata siapa?”

“Kata saya!”

“Jadi, kamu ke sini ingin membunuh aku?”

“Enggak, karena nenek itu sudah mau mati, sebentar lagi mau mati!”

“Saya bilang, biar pun saya sudah tua, sakit pun belum pernah, apalagi mati!”

“Jelek Nenek!”

“Tuh, jelek! Sembarangan kamu! Lancang kamu! Biadab kamu! Keparat kamu!”

“Ya, emang jelek sudah tua!”

“Biarpun tua, saya tidak mau dibilang jelek!”

“Sudah bau cacing!”

“Mau mati malam ini?” tanya Nek Lanjar.

“Silahkan, siapa yang mau mati?”

“Kamu!”

“Anda yang mau mati!”

“TIDAK mau! Kamu akan tak bunuh sekarang juga!”

“Silahkan!”

“Oh, nantang?”

“Ya, saya ke sini mau nantang!”
“OK, diam kamu! Sastrajendra Wahyudinigrat..”

Kidung Sastrajendra

“Sastrajendra Wahyudinigrat..! Sabda doratinggal lapangan! Aku nyuwun kekuatan para karuhun. Sing manggoning ananing pengawas setan…sing manggoning ananing pengawas bulan, pengawas lor pengawas kidul, sing amggoning ananing Gunung Semenru, Ciremai,Merapi,Kidul, Gunung Galunggung, remed-remed jelek bunuh musuh iso tarik tarike ususe remed-remed empela atine..remed remed jiwaragane Ujang Bustomi dari muka bumi ini

Sastrajendra Wahyudininrat galuh pertolongan layeng kekuatan, sabda dora tinggal lawangan

Jembatan Bubat setan sawah gorong-gorong bubat karang botak galuh kekuatan musnahkan musuhe isun

Bismillahirohmanirrohim, niati isun ngirimi santet, para teluh, kabeh kumpulan…pada teka a dodol dodol usese remed-remed ampela atine”

Sholawat..Lantas..KUB ke luar rumah.

“Saya keluar dulu, mules Nek!”

“Mau kemana kamu? Kalah yah? Mau ke mana? Jangan lari!”

“Saya mau ngising dulu.”

“Mau ngising? Jangan alesan kamu!”

“Nggak, mau ngising, mules saya!”

“Mules? Perutnya sakit ya?”

“Saya mau ngising!”

“Oh, mau beol dulu? Nanti ke sini lagi?”

“Ya, nanti ke sini lagi!”

“Kutunggu kedatanganmu!”

“Mau beol..”

“Pergilah!”

 

“Nanti saya mau nyari tanah hitam dulu..” (Bersambung ke Bag.3)

KUB Vs Nenek Lanjar (Bag. 1): Kidung yang Bikin KUB Kalah

Bagikan

Tinggalkan Balasan