KUB Vs Nenek Lanjar (Bag. 3): Kalahnya Nek Lanjar dan Masuk Islam
KUB rapalin rumah Nenek Lanjar, bikin pagar gaib, kemudian..
Tok..tok..tok..!
“Assalamualaikum!”
“Sampai kaget ni sirahne wong tua”
“Aduh maaf nenek cantik mohon maaf”
“Nah, gitu dong. Ayo sini masuk!”
“Saya sudah ngisingnya. Mules, Nek!”
“Lama sekali kau!”
“Nggak sabar banget sih pengen ngeremed-remed saya?”
“Saya nggak sabar. Tangan saya sudah gatel pengen nekek leher kamu. Nih tak keremed!”
“Tekek aja nih. Nenek kayak setan jadinya.”
“Ayo tutup pintunya! Kurang ajar kamu! Maki-maki terus sama nenek.”
“Kayak artis!”
“Nah, gitu dong, ah. Duduk! Jangan di situ duduknya, sana! Kurang ajar!”
“Udah, gimana lagi?”
“Gimana lagi..gimana lagi.. aku sudah gatel pengen remed-remed ususmu!”
“Langsung aja!”
“Iyah, diam!” (hendak rapal mantra)
….
KUB menyela, “Hop hop hop..Kenapa?”
“Mau nyantet kamu, mau membunuh kamu!”
“Oh, lanjut!”
“Bagus! Siap untuk mati ya?”
“Ya..hop hop hop..” KUB menyela lagi
“Apa lagi?”
“Nanti dulu. Ada pesan terakhir? Takut Anda koit..”
“Pesan apa? Koit apa itu?”
“Krekh..” (patahkan leher)
“Kamu yang krekh..! Diam kamu!”
“Ya, diam..”
“..hop hop hop..sela KUB. Minum tuak dulu. Bolednya dimakan dulu”
“Minum tuak? Makan boled? Tadi sudah minum tuak, tadi sudah makan boled. Jangan banyak alasan. Kamu mau mati sekarang juga. Malam ini mau masuk ke dalam tanah. Mau dimakan cacing tanah. Udah siap untuk mati?”
“..hop hop hop..udah ngising belum?”
“Ampun! Suruh beol segala..”
“Ya, sok silahkan..”
“Kamu sakarate temen si ira kuya. Apalagi mau? Udah apa lagi mau ganggu lagi? Jengkel edan!”
“Bismillairahmanirrahim..niatisun arep kirimi santet, sing nga dikirimi santet nu sua isun, santet-santet, boga teluh remed-remed wedele tarik-tarikan ususe,banganana, belah atine, banganana,
Datanglah, ya santet datanglah. Bunuhlah musuh aku”
Nyuwun para karuhun, Penghuni Laut Kidul, Penghuni Laut Lor, Penghuni Gunung Ciremai, Gunung Sembung, penghuni jembatan Bukbrak, penghuni sarang botak, penghuni gorong-gorong bubrak.
Santet teluh gag tekan remed-remede wedell le..remed-remed e ususe
Ya para karuhun datanglah, setan botak, setan kawang, setan karang buta pate ngarang musuh iso Ujang Bustomi, musuhe Nenek Lanjar.”
“Kenapa nggak datang-datang,setan? Teluh santet kenapa nggak datang-datang? Kasihan datang, cepet-cepete datang,remed-remed ususe pate musuhe Nenek Lanjar. Saptajendra Wahyudiningrat (aral) Datanglah…” (tepuk-tepuk tangan).
Bengong lihat KUB…Kok, malah ngerokok?”
“Lanjut!” kata KUB.
“Rupane tenang-tenang saja kamu!”
“Lanjut!”
Datanglah teluh datanglah santet, setan krowo, setan karang botak, setan gorong-gorong bubrak..Datanglah remed-remed ususe remed-remed pela atine, musuhe Nenek Lanjar
Terus setan apa setan botak, setan gorong-gorong,setan kali,terus. Setan mencret! Setannya algi mencret. Dimakan dulu bolednya. Siapa tahu setannya belum makan boled.
Ngos-ngosan..”Capek nenek. Kenapa nggak datang-datang setan kowak. Oyaya, makan dulu,setan kasihane maneh belum makan boled, kayaknya mah iyah. Ini tuak belum diminum, makanya setan nggak datang-datang. Minum dulu. Ngos-ngosan..Kurang ajar!”
“Ada wasiat lagi sebelum mati?”
“HAH? Siapa sing yang mau mati?”
“Ya, kamu!”
“Kamu ini temenan Nenek lanjar ingin mati? Haduh, Setan kowak, teluh, kurang ajar! Kenapa nggak datang-datang? Kenapa? Padahal tangan saya sudah gatel pengen remed-remed, pengen nenek hulu musuhku! Kenapa tidak mau datang kepadaku?”
“Remed-remedin aja terus! Remed-remedin silit’e”
“Udah capek! Hah, ngomong silit-silit kamu!”
“Setannya lagi mudik”
“Mudik kemana?”
“Macet di tol!”
“Situ ati-ati sira kalau ngomong. Masak setan naik bis?”
“Ya macet di tol, belum bayar e-Tol-nya. Ditilang polisi!”
(Merengek) “Sakit bicaramu hati-hati Ujang Bustomi haduhhh..Memangne menusa naek bis? Setan itu bisa mabur, bisa ngilang seketika! Setan kowak kurang ajar kamu!”
“Ira setan kowak!”
“Jangan sembarangan kamu ngomong!”
Coba rapalkan mantra lagi. “Telu…”
“Papat…”
“Nggak ada papat, hanya teluh untuk nyantet kamu! Santet teluh cepetan datang”
Lantas..
“Nek, ini apa nek?”
“HAH? Itu tanah hitam? Dari mana..kamu..ngambil di mana?”
“Dari tadi!”
“Sejak tadi kamu sudah megang tanah hitam”
“Injek nih!”
“Jangan-jangan.. haduh.. haduh.. haduh tulung, tulung jangan. Ya wis, kita damai aja.”
“Damai apa?”
“Persaudaraan!”
“Persaudaraan apa?”
“Meduluran..Persahabatan!”
“Mana persaudaraan, saya nggak mau punya saudara kayak setan!”
“Jangan,..jangan..Nenek kan udah tua, jangan cun…”
“Ya mati! Tidak ada kata damai! Mau hidup? Mau mati?”
“Mau hidup aja. Biarpun nenek sudah tua tapi masih pengen hidup..”
“Mau nyambel aja gak?”
“Mau mau..mau nyambel. Sing penting nenek masih hidup..”
“Nenek gak cantik, blecak!”
“Biarpun jelek sing penting masih dikasih hidup..Damai..damai..”
“Damai apa? Nggak ada damai”
“Persaudaraan saja..Persahabatan!”
“Persaudaraan di mana? Nggak sudi punya saudara ente”
“Jangan begitu nak..”
“Jangan begitu apa?”
“Nak kan orang baik, orang bijaksana, orang dermawan..”
“Prett..!”
“Jangan..nenek masih pengen hidup biar sudah tua. Damai yah, sayang? Bocah garang, bocah cantik, ..”
“Bocah cantik, apa cantik?”
“Eh, bocah ganteng..sayang..kulonin seneng”
“Sayang..sayang..nggak ada sayang!”
“Jangan dibunuh, jangan diinjak-injak, dipecak-pecak tanah’e..aduh..jangan..damai..damai..”
“Duduk! Di atas kursi duduk!”
“Masih baik”
“Saya masih baik, saya orang baik. Ya, wis damai..”
“Terima kasih..damai. Nenek masih pengen hidup. Anak cucu saya baru lahir. Nanti siapa yang nafkahi?”
“Yang nafkahi curut..”
“Ya, kok curut, jangan gitu nak..”
“Wis diem jangan banyak bacot, diem! Nundukin kepalanya.”
KUB dawamkan sholawat..Rabbi Fan fa’na
“Halah, damai! Aduh, ada boled. Damai cukup dengan boled. Semua saya cabutin, saya makan boled dulu.”
Nenek Lanjar Masuk Islam
Ini nenek dari tadi pingsan. Sudah setengah jam terlelap. Nanti biar saya beresin. Makan boled dulu, daripada bolednya buat setan. Tanah sudah saya amanin. KUB lantunkan sholawat.
“Allahumma sholli ala Muhammad”
“Bangun, Nek! Bangun..!”
“Aduh lemes..Lemes nenek”
“Merokok..”
“Mana rokok? Makasih..”
“Masih hidup kan?”
“Masih, makasih, Nak..”
“Dimakan bolednya”
“Disuruh merokok sama makan boled..gimana?”
“Enak kan?”
“Pulen..boled dari mana ini?”
“Dari tadi, udah dimakan aja!”
“Seret toh..minum..mana tuak?”
“Is, jangan tuak, nggak boleh..Ini saya buang!”
“Minumnya apa nenek?”
“Nih, ada teh manis, minum..”
“Makasih..enak..manis..”
“Jangan minum tuak lagi..sudah tua! Mau tobat tidak Nek?”
“Iya, nenek sudah tua, mau tobat. Mau, serius, yakin, tobat Demi Allah.”
“Ikutin saya ucapkan syahadat.”
“Apa itu syahadat?”
“Ashhaduala ilaha illallah..wa ashhaduana Muhammad da Rasululloh. Saya bersaksi bahwasanya Allah Tuhan saya dan saya bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah”
“Mudah-mudahan nenek husnul khatimah. Ambil air wudhu di dalam, ambil kerudung, ambil quran.”
“Nenek suruh wudhu? Sendal maning mana?”
“Duduk di sini, dipakai kerudungnya.Nah, kan cantik kalau pakai kerudung”
“Hehe..”
“Baca Fatihah bisa?”
“Nggak bisa. Kan katanya mau diwurukin, diajarin.”
“Kulhu bisa?”
“Nggak bisa semua, nggak kenal itu..”
(Belajar Baca Quran, Al Fatihah)
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirobbil alamiin..
“Ini nenek pasti hafal waktu di madrasah, ini terus dilancarin. Semoga nanti dapat hidayah sama Allah. Masuk surga mau?”
“Aamiin, mau banget!”
“Tahu surga? Tahu neraka? Nanti saya kasih tahu. Ketika kita melakukan amal-amal kebaikan, maka kita itu secara otomatis menjalankan perintah-perintah Allah. Jadi, santet, sihir semuanya itu adalah tidak boleh. Menyantet hukumnya haram, tidak boleh. Kalau tidak boleh nantinya dosa melulu.”
“Supaya dosanya hilang itu bagaimana?”
“Ya, makanya istighfar. Coba, sstagfirullah haladzim” Nenek banyak dosa. Tapi innallaha ghafururrrohim, Allah itu Maha Pengampun, Allah itu Maha Pengasih. Nenek nanti belajar shalat, lakukan perintah-perintah Allah dan tinggalkan segala larangan-larangan Allah.”
“Ampuni dosa nenek, ya Allah..”
“Kasihan nenek sudah tua. Tongkatnya mungkin dibawa saja. Nah, ini tanah gimana?”
“Tanah sama kerudung yang dipake,dilarung, buangin ke sungai yang gede, supaya jangan ngejar-ngejar jiwa raga nenek setannya itu,”
“Berati nenek bener-bener pengen taubatan nasuha. Berarti ini saya ada tugas dari nenek, saya laksanakan. Saya minta kepada Allah untuk membuang segala rereged-rereged, segala setan-setan kabeh. Tanah dan kerudung ini dibuang ke sungai yangj besar sekarang pulang saya dari sini. Ya, udah nanti saya jalankan ki. Yang penting nenek juga jalankan apa yang saya nasehatkan ya . Nenek mudah-mudahan diberikan panjang umur.. Amin.. diberikan kesehatan, aamiin, diberikan kesuksesan, dan diberikan husnul khotimah sama Allah”
“Aamiin amin ya Robbal alamiin..”
“Oke nek, kita bersaudara. Hampura saya, saya mohon maaf kalau saya banyak salah. Kalau banyak ucapan-ucapan saya yang menyinggung hati nenek”
“Nenek juga minta ngampura”
“Saya juga mohon maaf. Doakan saya juga. Saya tidak hebat, saya tidak kuat. Hebat kuat hanya milik Allah SWT. Tanamkan itu, nek. Di muka bumi ini, tidak ada orang hebat, tidak ada orang kuat. Hebat kuat hanya milik Allah, understand Nek? Terima kasih ya nek. Nanti ini saya akan laksanakan tugas dari nenek. Mudah-mudahan nenek waras-waras ya nenek. Ini saya minta bolednya nanti dibawa.”
“Bawa semua aja!”
“Nggak, saya satu ini saja yang sudah saya makan, enak. Salam buat keluarga semuanya. Nanti saya ke sini lagi bawa sembako buat nenek. Saya ada tugas dari nenek, membuang tanah hitam dan kerudung ini ke sungai besar.”
Mudah-mudahan saya dan sahabat semua selalu dalam lindungan Allah subhanahu wa ta’ala dan mudah-mudahannya nenek ini benar-benar taubatan nasuha dan diberikan lindungan Allah SWT. ***
KUB Vs Nenek Lanjar (Bag. 2): Pembalasan KUB, Tanah Hitam Kelemahan Nenek Lanjar