(1 Prajurit DENBRAVO-90 = 5 Prajurit TNI)
Detasemen Bravo 90 (disingkat DENBRAVO-90) dibentuk secara terbatas di lingkungan Korps Pasukan Khas TNI-AU pada 1990. Bravo berarti yang terbaik. Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran Jenderal Guilio Douchet : Lebih mudah dan lebih efektif menghancurkan kekuatan udara lawan dengan cara menghancurkan pangkalan/instalasi serta alutsista-nya di darat daripada harus bertempur di udara.
Denbravo-90 mempunyai 3 tim yang disebut Alfa 1 s/d 3. Alfa 1 mempunyai spesialisasi intelijen. Alfa 2 berkualifikasi spesialisasi perang kota/hutan dan Alfa 3 spesialisasi Counter Terorisme.
Di samping itu ada Tim Bantuan Mekanik untuk pemeliharaan senjata dan peralatan serta tim khusus plus tim pelatih. Tapi sebenarnya 3 tim itu mempunyai keahlian yang merata di bidang counter terorisme. Pasukan “inti” baret jingga ini juga kerap berlatih dengan Kopassus TNI-AD, Kopaska TNI-AL dan Denjaka Marinir.
Pelatihan Denbravo-90 selama 9 bulan dan salah satu latihannya yaitu diterjunkan dari pesawat pada malam hari dengan ketinggian 10-12 km di atas permukaan tanah untuk menghindari terdeteksi dari musuh dengan dilengkapi pakaian yang bersayap dan serba canggih. Kemampuan 1 orang Dembravo-90 setara dengan 5 orang TNI.
Untuk ke depan ada peningkatan standar pasukan sehingga mencapai 1 detasemen secara utuh dengan jumlah ideal mengikuti tabel organisasi personel (TOP) yaitu 2.650 personel di bawah pimpinan seorang Letnan Kolonel.
Bravo saat ini sudah memiliki fasilitas pertempuran jarak dekat (CQB). Bahkan untuk latihan pembebasan sandera di pesawat, Bravo langsung melaksanakannya di dalam pesawat baik milik TNI-AU maupun PT DI. Bravo juga menjadi pasukan khusus pertama di Indonesia yang mampu menguasai ilmu bela diri Stema yang merupakan ciri khas dari pasukan elit Rusia. (Berita Militer Indonesia)