Prajurit Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat merupakan satuan elite yang paling disegani. Tak mudah memang bisa diterima di kesatuan ini mengingat seleksinya sangat ketat.
Banyak yang beranggapan kalau Koppasus identik dengan para pria dengan fisik kuat. Tapi jangan salah. Rupanya ada juga anggota Kopassus berparas cantik bak model.
Meski perparas menawan, tapi jangan pernah remehkan mereka. Fisiknya tak kalah kuat dengan kaum pria. Belum lagi punya kemampuan di atas rata-rata, dari jagoan menembak hingga bela diri. Nah, mereka bercerita seperti apa rasanya berada di tengah korps pasukan baret merah ini. Simak kisahnya di halaman berikut!
Mantan Model yang Jago Nembak
Awal banyak orang tak percaya wanita cantik bernama Eka Patmawati adalah anggota Kopassus. Sosoknya sempat ramai diperbincangkan di sosial media. Wanita berpangkat sersan ini memang mantan model sebuah majalah wanita. Demi jadi Kopassus, dia tinggalkan karir sebagai model.
Di balik wajahnya yang imut, Sersan Eka bisa menjadi momok menakutkan buat musuh. Dia jago menembak dan terjun bebas alias freefall. Kemampuan freefall ini cuma dimiliki tentara di satuan elite. “Saya baru selesai terjun bebas. Di Kopassus, wanita dituntut harus bisa semua,” kata Sersan Eka.
Kata dia, menjadi anggota Kopassus sangat membanggakan. Apalagi pasukan ini disebut-sebut sebagai pasukan terbaik nomor tiga di dunia setelah Inggris dan Israel.
“Di sini kita dituntut untuk bisa berprestasi. Dari awal tes secara psikologi dan fisik, pastinya di Kopasus fisiknya harus lebih dari pada yang lainnya,” kata wanita berusia 24 tahun itu sambil tersenyum manis. Menurut Eka tak ada perlakuan khusus untuk wanita. Semua harus jadi jagoan di baret merah.
Penerjun Payung Seribu Nyali
Kemampuan tak kalah hebat dengan seribu nyali juga dimiliki Serda Kowad, Ni Putu Irma Purnama Dewi. Wanita kelahiran 5 September 1990 Dili Timor-Timor ini jago melakukan terjun freefall dari ketinggian 8.000 kaki.
Awalnya ia tergugah mencintai olahraga ekstrem itu pada 2011. Kala itu dia tengah menyaksikan demo freefall dan langsung terkagum-kagum melihat para penerjun payung tersebut.
“Pertama kali saya tertarik saat lihat demo terjun payung, kayaknya asik juga kalau ikutan. Ya sudah saya putuskan 2011 ikutan latihan di Batujajar Kopassus selama 1 bulan,” kata Ni Putu saat ditemui di Lapangan Gatot, Cijantung, Jakarta Timur.
Wanita yang akrab disapa Putu mengaku sempat ketakutan dan sangat tegang ketika pertama kali mencoba latihan terjun payung. Namun, berkat jerih payah serta tekadnya yang bulat membuat wanita yang tergabung di Persatuan Terjun Payung Angkatan Darat (PTPAD) memiliki segudang prestasi.
Yang paling baru adalah meraih medali emas di Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barat, dalam kategori akurasi ketinggian 4.000 feet. Tapi dari begitu banyaknya prestasi yang ditorehkannya, Putu mengaku paling berkesan melakukan terjun payung di Aceh.
“Waktu di Aceh 17 Agustus 2013 kemarin itu baru ngerasain terjun pakai senjata dan dibawa kontainer. Karena memang disuruhnya seperti itu buat antisipasi adanya Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Nah, waktu sebelum terjun sampai ngebayangin, nanti pas terjun gimana ya kalau tiba-tiba ada yang nembak,” kata Putu.
Penakluk Langit China
Sersan Dua Dessy Alvionita tidak pernah menyangka bisa menang di kejuaraan terjun payung di kota Qionglai, Cina, tahun 2013. Itulah kali pertama dara kelahiran Kutai Barat, Kalimantan Timur, 22 tahun lalu mengikuti kejuaraan resmi dan langsung harus menghadapi lawan dari 42 negara. Hasilnya, ia menjadi pemenang ke-5 nomor perseorangan.
Dessy baru 1,5 tahun mulai belajar terjun payung. Total, dia sudah terjun sebanyak 3.272 kali. Buat Kopassus, angka itu masih terbilang minim. Namun ia terus mengasah kemampuannya terjun payung. Lucunya, dalam sebuah latihan, angin kencang bertiup. Dessy terbawa angin hingga mendarat di perumahan warga.
“Ya, ke sana (ke tempat latihan) kembali naik taksi deh,” kata Dessy yang juga seorang karateka menyandang Dan Cokelat. Dari olahraga beladiri ini Dessy juga berhasil mengharumkan kesatuan baret merah dengan menjuarai kelas min. 55 kg pada Panglima Cup 2 tahun lalu. (merdeka.com) 8 Desember 2014