BANDUNG – Kementerian Pariwisata menetapkan Bandung sebagai gerbang branding destinasi wisata Jawa Barat. Sebagaimana dipaparkan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil pada diskusi “Pengoperasian Terminal Internasional Bandara Husein Sastranegara dalam Menyambut Wisatawan Mancanegara” yang digelar PT. Angkasa Pura II, wisatawan mancanegara lebih mengenal kata “Bandung” ketimbang West Java.
“Kementerian memutuskan bahwa apapun produk yang dipasarkan ke luar negeri akan menggunakan brand Stunning Bandung sebagai gerbang menuju produk lain di Jawa Barat. Tapi produk yang dipasarkannya berasal dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat,” ungkap Ridwan di Hotel Savoy Homann, Senin (5/12/16).
Kementerian Pariwisata menetapkan slogan “Stunning of Bandung, Where the Wonder of West Java Begins” sebagai tagline untuk mem-branding pariwisata Jabar. Ia pun menyarankan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar untuk bisa menggunakan slogan tersebut untuk kekompakan bersama. “Bukan untuk bersaing, tapi bersinergi,” imbuh Ridwan.
Menurutnya, ada empat motivasi masyarakat untuk datang ke sebuah tempat untuk berwisata, yakni budaya, alam, aktivitas, dan arsitektur. Jawa Barat dinilai Ridwan memiliki empat potensi tersebut sehingga ia menyarankan agar dinas terkait dapat memanfaatkan kondisi ini sebaik-baiknya.
Provinsi Jabar menurut Emil memiliki alam yang sangat indah. Kendala pariwisatanya terletak pada keterbatasan akses ke tempat-tempat tersebut. Emil mengatakan, seindah apapun alamnya, tanpa koneksi yang memadai tidak akan menjadi unggulan yang punya nilai ekonomi. Destinasi itu hanya akan jadi legenda yang cuma punya cerita.
“Saya sering diajak ke tempat-tempat yang indah, tapi untuk ke sana harus 7 jam. Kan stress duluan. Dalam teori travelling, empat jam itu sudah rata-rata travelling time yang masih bisa ditoleransi,” ujar Wali Kota. Ia menambahkan, “Contohnya ke Pangandaran, alternatifnya masih jalur darat kendaraan yang 8 jam. Padahal ada pilihan mungkin memperbanyak pesawat kecil. Itu juga perlu jadi perhatian,” ungkapnya
Hasil diskusinya dengan Menteri Perhubungan beberapa waktu lalu juga mengungkap bahwa Kemenhub tengah merencanakan penambahan bandara baru di titik-titik yang memungkinkan.
“Kunci ekonomi itu kan infrastruktur, Infrastrukturnya kalau nggak ada penambahan, nggak ada bandara baru kan susah. Makanya kemarin Menteri Perhubungan kan datang ke Pendopo menyampaikan akan memperbaiki dan memperbanyak dimanapun bandara yang memungkinkan. Ini mudah-mudahan terwujud di era Pak Presiden,” kata dia.
Pada kesempatan tersebut, Emil lantas meminta dukungan dari pihak provinsi untuk dapat mengkoordinasikan promosi pariwisata, khususnya di Bandung Raya. Ia bersama empat kepala daerah lain di Bandung Raya telah menggagas kolaborasi terkait pemasaran produk kepada wisatawan dengan membuka toko Little Bandung di terminal keberangkatan domestik Bandara Husein Sastranegara.
Toko tersebut menjual berbagai produk kreatif yang berasal dari Bandung Raya. Menurutnya, ini adalah langkah konkret kolaborasi yang kedepannya diharapkan bisa didukung oleh provinsi. “Ini sudah dimulai. Buktinya kita punya toko cinderamata bersama, menunjukkan kekompakan kita sudah dimulai,” kata Emil.
Optimalisasi Bandara
Sebagai pintu masuk utama wisatawan mancanegara, Emil menyarankan pihak pengelola bandara untuk menyesuaikan visi dan misinya dengan strategi pemerintah. Ia menitipkan agar membuat situasi bandara senyaman mungkin bagi para pengunjung.
“Kunci keberhasilannya adalah jangan sampai ada komplain karena biasanya komplain ini akan cepat tersebar dari mulut ke mulut. Dan ini sudah terjadi,” jelas Emil. “Apalagi target Kementerian Pariwisata terhadap jumlah wisatawan asing ke Indonesia ditargetkan sangat besar di akhir tahun 2019,” imbuhnya.
Ia mengaku sering mendapat keluhan melalui akun media sosialnya terkait kondisi bandara yang berada di luar kewenangan administratifnya itu. Salah satu yang paling sering menjadi keluhan adalah ketidaknyamanan ketika turun dari pesawat. “Kemarin saya usulkan agar Angkasa Pura punya mobil-mobil kecil untuk mereka yang tidak memungkinkan berjalan jauh. Utamanya untuk para lansia,” tutur Emil.
Beberapa fasilitas lain seperti kondisi parkir dan pelayanan taksi juga menjadi perhatian Emil, dan sudah disampaikan kepada pihak pengelola bandara.
“Saya pahami bahwa bandara ini kapasitasnya kecil, tapi populer. Untuk parkir, saya sarankan bandara berupaya untuk menghadirkan parkir bertingkat,” tambahnya. Ia pun menyarankan kepada pengelola bandara untuk meningkatkan standar pelayanan di terminal internasional yang akan mulai beroperasi pada Januari 2017.
“Standardnya jangan berkurang di terminal internasional. Kita sudah diapresiasi dengan luar biasa di terminal domestik. Ada titik-titik promosi, suasananya kecil tapi sangat Bandung. Ada toko cinderamata dan cultural corner-nya juga sehingga ketika turis datang disambut dengan kacapi suling atau sejenisnya,” saran walikota.