MARGAHAYU – Dalam upaya menekan impor jagung, Kementrian Pertanian melalui Kepala Badan Karantina Penanggungjawab Upsus (Upaya Khusus) Swasembada Pangan Provinsi Jawa Barat Banun Harpini, menyampaikan agar pemerintah menggalang kemitraan dengan berbagai elemen dalam pemanfaatan lahan, khususnya untuk sektor pertanian.
“Stop importasi jagung dari luar dan maksimalkan produksi pangan dalam negeri. Dalam hal ini diperlukan adanya upaya khusus (upsus) pemerintah dengan berbagai elemen dalam memaksimalkan ketersediaan lahan baku pertanian,” tandas Banun saat Pencanangan Penanaman Jagung Super Hibrida di lahan khusus Lanud Sulaiman Margahayu, Rabu (14/12/16).
Demi mencapai kedaulatan pangan di Nusantara, Banun menyebut Upsus telah mengidentifikasi 5.05 juta hektar lahan potensial di Jawa Barat, yang bisa dimanfaatkan untuk perluasan areal tanam, salah satunya yakni lahan di Komplek Lanud Sulaiman.
Menanggapi hal ini, Komandan Lanud Sulaiman Kolonel Penerbangan Moch. Syafei memaparkan luas lahan yang akan dimanfaatkan sebagai areal tanam jagung adalah 100 hektar. Melalui program pencanangan penanaman jagung ini, ia berharap selain bisa menekan importasi jagung, juga bisa memberikan kontribusi positif bagi para petani di Kabupaten Bandung.
“Dengan ketersediaan lahan yang belum dikelola secara professional ini, kami berharap Pemkab melalui Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) bisa memberi kontribusi positif baik bagi peningkatan sektor bidang pertanian, juga bisa meningkatkan kesejahteraan petani,” ucap Danlanud.
Dari total lahan produktif Lanud Sulaiman seluas 200 hektar, 100 hektar akan digarap untuk petani jagung pada program ini. Syafei menawarkan sisa areal 100 hektar agar dimanfaatkan juga untuk sektor lainnya.
“Masih tersisa 100 hektar lahan yang saya harap bisa dimanfaatkan juga. Maka kedepannya mudah-mudahan lahan ini bisa produktif di sektor lainnya, sehingga bisa menumbuhkan kerjasama sehat dan memberikan kontribusi baik bagi negara sebagai penyedia lahan juga untuk pengelola,” harap Syafei.
Komitmen yang jelas disampaikan Kepala Distanbunhut Kabupaten Bandung Ir.A Tisna Umaran dalam menginisiasi program ini. Luas lahan khusus jagung di Kabupaten Bandung adalah 9.007 hektar yang tersebar di 14 Kecamatan, dan pada program pencanangan di Lanud Sulaeman ini, kata Tisna, akan dimulai dengan menanam jagung pada tanah seluas 20 hektar oleh 40 orang petani, dengan target 5-8 ton panen jagung per hektar.
“Rata-rata luas tanam jagung per tahun di Kabupaten Bandung berkisar 10 ribu sampai 12 ribu hektar. Dalam pencanangan ini akan dimulai dengan menanam jagung pada lahan 20 hektar, kemudian tahap kedua 20 hektar dan seterusnya hingga luas tanam meluas hingga 100 hektar di lahan Lanud Sulaiman ini,” sebut Tisna.
Tidak hanya saat penanaman, pada masa panen pun pemkab akan bekerjasama pula dengan beberapa mitra seperti GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan ternak), Charon Pokphand dan Bulog dalam pemasaran hasil tani. Saat panen tiba, imbuh Tisna, petani tidak perlu kesulitan menjual hasil panennya, karena sudah ada perjanjian kerjasama pemkab dengan beberapa kemitraa agribisnis.
“Program ini akan ditindaklanjuti dengan kerjasama pemkab dengan beberapa mitra untuk penjualan hasil panen dan penentuan harga. Selain itu, kami memberikan sarana dan prasarana seperti pelatihan pertanian, pemberian bibit jagung hibrida, pupuk, traktor, pompa air dan mini traktor untuk kemudahan petani,” ungkapnya.
Walaupun nomenklatur urusan pangan belum jadi urusan wajib, tapi menurut Tisna sektor pangan harus jadi prioritas. Kendati demikian, masih ada hambatan swasembada pangan dalam hal harga produk yang tidak sesuai. “ Jika kemitraan tidak menerima hasil panen, maka Bulog akan menerima seluruh hasil panen,” ujar Tisna.