JATINANGOR – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) mendorong para guru besar yang ada di Indonesia agar bisa mempublikasikan minimal satu riset ilmiah ke dalam jurnal internasional setiap tahun.
Menurut Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir, hal tersebut penting karena bisa mendorong universitas yang ada di Indonesia menjadi perguruan tinggi berkelas dunia atau masuk Top 500 University in the World.
Menristek Dikti mengungkapkan hal tersebut dalam acara peresmian Universitas Padjadjaran (Unpad) menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) di Bale Sawala Gedung Rektorat Kampus Unpad, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Sabtu (14/1/17). Dengan alih status PTNBH ini diharapkan otonomi kampus mampu mendorong kualitas serta rating PTN yang ada di Indonesia.
“Maka dengan otonomilah bagaimana peningkatan kualitas itu bisa terjadi,” kata menteri. “Salah satu indikatornya, diantaranya adalah di samping staff mobility, juga masalah publikasi (riset ilmiah). Publikasi kita apabila kita bandingkan di Asia Tenggara kita ranking empat. Nomor satu Malaysia, dua Singapur, ketiga Thailand,” imbuhnya.
Dari peringkat ini, terdapat perbedaan jumlah hasil publikasi yang signifikan. Per tahun Malaysia mampu menghasilkan riset hingga 25.000 riset, Singapura 18.000 riset, Thailand 12.000 – 13.000 riset. Sementara Indonesia hanya mampu menghasilkan 6.250 riset.
“Tapi, alhamdulillah per 31 Desember 2016 melompat menjadi 9.989 riset. Bahkan kemarin sebelum saya ke sini angkanya sudah 10.054,” sebutNasir.
Dari 4.405 perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di Indonesia, ada beberapa perguruan tinggi yang menyumbang riset terbanyak, yaitu ITB, UGM, UI, Universitas Brawijaya, UNS, IPB, ITS, Univeritas Diponegoro, dan Unpad.
Hasil riset pun diharapkan tidak hanya sekadar temuan semata. Lebih jauh lagi, riset ini mampu memerikan manfaat untuk masyarakat, terutama untuk dunia industri di tanah air.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah agar perguruan tinggi mampu menghasilkan riset, yaitu dengan peralihan status menjadi PTNBH. Otonomi kampus diyakini mampu memberikan kebebasan para ilmuwan dalam melakukan dan menghasilkan sebuah temuan atau riset berbasis ilmiah.
“Profesor wajib publikasi setiap tahun, satu kali untuk publikasi internasional. Kalau tidak akan dievaluasi tunjangannya,” tandas Nasir.
Sementara itu, Rektor Unpad Tri Hanggono Achmad mengakui pihaknya telah memiliki program Academic Leadership Grand untuk mendorong para dosen atau guru besar menghasilkan riset dan mempublikasikannya ke dalam jurnal internasional. Tri mengatakan program ini telah bergulir sejak 2015 lalu.
“Dengan grand ini nanti seorang profesor akan bersama dua orang lektor kepala menjalankan grand yang nilainya selama empat tahun itu Rp 1 miliar dengan out put minimal tadi ada publikasi internasional setiap tahun yang juga melibatkan peserta didik S-3,” jelas Tri.
“Dengan target ini insya Allah jaminan bahwa semua profesor memiliki publikasi ilmiah pada jurnal internasional terakreditasi itu akan tercapai dan juga meningkatkan percepatan proses pendidikan untuk mahasiswa program pascasarjana,” imbuhnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang hadir pada deklarasi ini sangat menyambut baik alih status tata kelola Unpad menjadi PTBNH. Menurut gubernur hal ini sejalan dengan program pemerintahannya yang ingin meningkatkan kualitas serta meratakan kualitas pendidikan untuk semua elemen masyarakat di seluruh Jawa Barat.
Aher mengungkapkan, kawasan Jabar bagian selatan memiliki jumlah penduduk 10 juta orang lebih dengan garis pantai sepanjang 430 km. Menurutnya, masyarakat di Jabar Selatan ini memiliki hak yang sama untuk mengenyam pendidikan yang baik dan berkualitas.
“Oleh karena itulah, pemerintah provinsi berusaha untuk menghadirkan perguruan tinggi baru. Tentu atas izin pemerintah pusat c.q. Kemenristek Dikti tahun 2014 kami mendapat penegerian dari dua swasta, yaitu Univeritas Siliwangi (Tasikmalaya) dan Univeristas Singaperbangsa (Karawang),” ucap Aher.
“Lalu dibuka PDD, perguruan tinggi di luar domisili. Kami sambut juga dan ada tiga PDD saat ini, yaitu PDD Unpad Pangandaran, PDD ITB Cirebon, dan PDD IPB Sukabumi,” lanjutnya.
Hal lainnya yang dilakukan Pemprov Jabar yaitu pemberian beasiswa. Pemprov Jabar secara khusus memberikan beasiswa kepada anak-anak cerdas yang ada di pelosok Jawa Barat.
“Nah, inilah yang kita lakukan, affirmative action. Kita mengangkat anak-anak berprestasi yang ada di Pangandaran, Pameungpeuk, Blanakan, dan tempat lain. Dari kawasan-kawasan terpencil itulah kita adakan beasiswa, baik ke Unpad atau perguruan tinggi negeri lain dalam bentuk affirmative action, supaya dinikmati pendidikan itu oleh teman-teman yang ada di pelosok,” pungkasnya.