BANDUNG – Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat Netty Heryawan mengatakan mengingat usia Jamaludin, bocah korban kecelakaan mesin penggilingan tanah yang masih sangat belia, pendampingan psikis sangatlah penting. Bukan hanya bagi korban, tapi juga bagi keluarganya, sebelum mereka siap kembali ke lingkungannya.
“Jika memang diperlukan kerjasama dengan P2TP2A terutama untuk jasa psikolog, akan kita terjunkan, meski tadi ada informasi bahwa sudah ada pelibatan bagian psikiatrik di RSHS ini,” terang Netty saat menjenguk Jamaludin di RSHS Bandung, Kamis (26/1/17).
Jamaludin Muhammad (6) harus kehilangan kedua tangannya pasca operasi amputasi, setelah sebelumnya remuk karena masuk masuk ke mesin penggilingan tanah, Sabtu (21/1) lalu. Saat ini Jamal mendapat perawatan intensif di Ruang Kenanga RSHS Bandung, di bawah tanggung jawab dr. Ghuna Arioharjo Utoyo, Sp.OT.
Untuk Jamaludin, Netty menjamin aksesibilitas layanan pendidikan yang harus dirancang sedemikian rupa, di mana desain khusus pendidikan dapat mencakup trauma healing. Bahkan Netty pun membentuk forum koordinasi yang melibatkan Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Biro Pelayanan Bantuan Sosial dan Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Jawa Barat guna merencanakan tindak lanjut dari penanganan medis yang sudah dilakukan pihak RSHS.
“Melihat kondisi pasien yang baru 6 tahun dengan kedua tangan diamputasi dan masa depan yang masih panjang, tentu kita harus memberikan akses kehidupan kepada nak Jamal. Saya sudah hubungi Kepala Disdik Jabar untuk menjamin aksesibilitas layanan pendidikannya,” ungkap Netty.
Kondisi Jamal saat ini masih dalam tahap recovery pasca operasi. Dr. Ghuna yang menanganj Jamal menuturkan, saat ini Jamal sedang memasuki masa pemulihan gizi dan perawatan luka guna mempersiapkan operasi selanjutnya.
“Dalam dua hingga tiga hari ke depan perlu ada operasi kedua untuk pembersihan lukanya. Lalu operasi selanjutnya untuk penutupan luka dengan kulit dari bagian tubuh lainnya,” jelas dr. Ghuna.
Terkait bantuan, Kepala Baznas Jabar telah siap menanggung kebutuhan keluarga Jamal selama menjaga di RS. Sedangkan biaya pengobatan yang hingga saat ini mencapai Rp400 juta, masih dikoordinasikan dengan dinas terkait.
Diceritakan, anak dari pasangan Heryadi dan Lisnawati ini lepas dari pengawasan saat bermain di area pembuatan bata, tempat bekerja sang ayah dan kakeknya. Jamal ditolong oleh sang kakek, Kholidin (45), yang juga kehilangan satu buku jari telunjuk kanannya.
“Di rumah ga ada yang jaga, jadi ikut saya. Pertamanya ketahuan, saya jauhin. Teruis saya tinggal kerja lagi, tapi pas dilihat lagi kedua tangannya udah masuk mesin,” tutur Kholidin.