SOREANG – Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bandung Nina Setiana berharap Pusat Kesejahteraan Sosial (Pukesos) bisa terbentuk di tiap desa di seluruh kecamatan. Menurut Nina ini penting sebagai element terdekat yang langsung berhubungan dengan masyarakat, juga untuk mempercepat akses pelayanan khususnya bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS),
“Puskesos merupakan tempat pemberian pelayanan secara terintegrasi di bidang pelayanan kesejahteraan sosial, yang berkedudukan di desa. Saya harap aparat tingkat Kecamatan bisa mendorong tiap desa untuk membentuk Puskesos,” ucap Nina, Senin (27/3/17).
Puskesos ini bisa disebut juga kepanjangan tangan kinerja dari Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) untuk perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan. Selain itu, keberadaan SLRT didasarkan pada pemanfaatan pelayanan pendidikan, kesehatan, kependudukan dan pelayanan dasar lainnya yang dibutuhkan masyarakat.
“Integrasi SLRT dengan Puskesos bisa menjadi sistem yang membantu masyarakat dan pemerintah daerah, untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat miskin dan rentan. Keduanya saling berhubungan untuk membantu mengindentifikasi keluhan masyarakat miskin dan rentan, melakukan rujukan, dan memantau penangangan keluhan untuk memastikan bahwa keluhan keluhan tersebut ditangani dengan baik,” imbuhnya.
Nina menuturkan, tujuan kegiatan Puskesos yakni untuk membangun komitmen kerjasama kemitraan diantara Perangkat Daerah di kabupaten Bandung yang menjadi pilot project, dilakukan ditingkat desa dengan memobilisasi sumber daya sosial ekonomi yang ada.
Kepala Bidang Penanganan Fakir Miskin pada Dinas Sosial Nia Nindhiawati memprediksikan, jika Puskesos bisa terbentuk di tiap desa, maka penanggulangan PMKS bisa lebih cepat, efektif, komprehensif dan lebih maksimal.
“Untuk rencana kerja tahun 2017, SLRT akan melakukan pola kemitraan dengan Coorporate Social Responsibility (CSR), Badan Amil Zakat (BAZ), Advokasi Perbup tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa (ADPD) yang mewajibkan seluruh desa memiliki Puskesos, makan sehat gratis bagi fakir miskin, Whats Up (WA) Gateway dan Mobil Sisir SLRT Sabilulungan untuk layanan pendidikan serta Ambulance SLRT,” sebut Nia yang juga Manager SLRT Sabilulungan ini.
Hingga kini, imbuh Nia, sudah lebih dari 150 kasus ditangani SLRT. Sejak dibentuk November 2016 lalu, dengan 50 orang fasilitator, pihaknya terus berupaya maksimal tangani PMKS. Dari sekian kasus, masalah kesehatan dan penanganan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) adalah yang terbanyak.