BANDUNG – Untuk kedua kalinya, Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) guna menjaga kesinambungan serta memperkaya data ekonomi kreatif (ekraf) Indonesia.
Sebelumnya pada tahun 2016 lalu, BEKRAF menggaet BPS dalam penyediaan data Produk Domestik Bruto (PDB), tenaga kerja, ekspor, Klarifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), dan Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2016. Tahun ini, BPS-BEKRAF tidak hanya akan memperbaharui data tahun lalu, tetapi juga menambah jumlah cakupan data, meliputi profil usaha subsektor berdasarkan Survei Ekonomi 2016, penyediaan Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia (KBJI), data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), serta Tabel Input-Output (I-O) ekraf.
Berdasarkan hasil SKEK 2016, tiga subsektor ekraf yang menjadi primadona adalah fashion, kriya, dan kuliner. Sedangkan usaha/perusahaan start up bidang ekraf cenderung dijumpai pada subsektor aplikasi dan games developer, industri musik, serta perfilman. Guna memenuhi kebutuhan data enam subsektor ekraf tersebut, BPS-BEKRAF pun memilih lima provinsi yang akan menjadi objek survei data, antara lain Jawa Barat, Sumatera Utara, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.
Kepala BEKRAF Triawan Munaf memaparkan, pemilihan kelima provinsi tersebut berdasar pada pertumbuhan ekonomi kreatif di masing-masing provinsi yang dinilai layak dijadikan contoh. Ekonomi kreatif yang dimaksud mencakup enam subsektor yang menjadi konsentrasi BPS-BEKRAF.
“Lima provinsi itu semua sudah bisa dijadikan contoh, sample yang mendekati sangat akurat untuk mewakili seluruh Indonesia,” ungkap Triawan saat konferensi pers Rapat Koordinasi Teknis Penyusunan Data Statistik Ekonomi Kreatif, di The Papandayan Hotel Jl. Gatot Subroto no.83 Bandung, Kamis (6/7/17).
“Tentunya idealnya seluruhnya bisa diukur secara detail, tapi sekarang kita lebih memenuhi semua itu dengan keterbatasan yang ada. Anggaran kami (BEKRAF) juga terbatas,” sambungnya.
“Dari 16 subsektor ekonomi kreatif, kita ingin konsentrasi di enam subsektor, tiga yang sudah besar, tiga yang jadi prioritas untuk dikembangkan. Tiga yang sudah besar itu selain sudah besar dan percepatan pertumbuhannya luar biasa di Indonesia, tapi juga percepatan pertumbuhan ekspornya juga luar biasa,” papar Triawan.
Disinggung terkait target rampungnya data, Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menekankan percepatan penyelesaian data akan dilakukan dengan menggabungkan data Sensus Ekonomi 2016 dan Survei Khusus Ekonomi Kreatif 2016. Diharapkan, data baru bisa dilaunching pada Desember 2017.
“Untuk bisa mengumpulkan data ekonomi kreatif, kita tidak bisa mengandalkan hanya dari satu survei, karena itu kita akan meng-combine berbagai sensus dan survei yang ada di BPS,” pungkas Suhariyanto. “Kita bikin target Desember 2017, hasilnya bisa dilaunching, tahun 2018 sudah bisa digunakan,” lanjutnya.
Terbukti, data ekraf dari BPS-BEKRAF sukses meraih capaian-capaian positif. Pada tahun 2015, sektor ekraf berkontribusi 7,38% terhadap total perekonomian nasional. PDB ekraf yang tercipta tahun 2015 adalah sebesar 852 triliun rupiah, naik 4,38% dibandingkan tahun 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, sektor ekraf mampu menyerap 15,9 juta tenaga kerja atau 13,90% dari total tenaga kerja tahun 2015. Indikator lain yaitu ekspor barang-barang ekraf senilai US$ 19,4 miliar atau 12,88% dari total ekspor Indonesia tahun 2015.