Selasa, Januari 28, 2025
BerandaBale BandungKura-kura Moncong Babi Ditemukan di Sungai Cisangkuy

Kura-kura Moncong Babi Ditemukan di Sungai Cisangkuy

Kura-kura Monbi by wwf
Kura-kura Monbi by wwf

PAMEUNGPEUK – Warga Kampung Sayang 02/09, Desa Rancatungku, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, dihebohkan dengan temuan kura-kura moncong babi atau monbi (Carettochelys insculpta) sekitar pukul 12.00 WIB, Senin (28/8/17).

Penemuan satwa endemik Papua ini, berasal dari pengerukan normalisasi Sungai Cisangkuy yang dilakukan Balai Besar Wilayah Citarum (BBWS) Citarum sejak sebulan terakhir di wilayah Desa Rancatungku. Satwa yang memiliki moncong seperti babi itu terangkat oleh beko pengeruk.

Satwa tersebut memiliki karapas (tempurung) dengan lebar sekitar 30 centimeter dan panjang 40 centimeter. Karapasnya lebih mirip kulit tebal dibandingkan cangkang yang keras. Kakinya lebih menyerupai sirip air, seperti penyu laut.

Dari informasi yang dihimpun, monbi merupakan hewan yang full-aquatic atau lebih banyak hidup di air, dan hanya ke darat untuk bertelur. Namun sayang, nyawa kura-kura yang berjenis kelamin betina itu tak panjang sejak ditemukan oleh warga.

Warga dan pekerja proyek menyembelih satwa malang itu pada malam harinya, untuk dikonsumsi. Masyarakat setempat percaya, jika daging kura-kura berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit.

Seorang warga, Ano Karno (43) menuturkan, perlu tenaga enam pria dewasa dan waktu satu jam untuk mengikat dan menyembelih satwa bercangkang lunak itu.

“Kepalanya terus masuk ke dalam, sulit untuk ditarik juga. Akhirnya kelamin satwa tersebut ada yang mencolok-coloknya agar kepalanya mau keluar,” kata Ano.

Di rumah Ano, monbi tersebut hanya tinggal karapasnya. Masih terlihat beberapa carik daging segar di dalamnya. Tak terbayangkan, bagaimana perlakuan warga terhadap satwa yang dilindungi tersebut sebelum matinya.

Satwa tersebut dijadikan objek hiburan, terutama oleh anak-anak. Karapas bagian bawahnya pun tampak bekas gerudi untuk mengikat monbi. Tentu saja, walau memiliki badan yang besar, monbi tak berdaya untuk menghadapi perlakuan warga terhadapnya.

Ano, pria yang sehari-hari bekerja di kebun bambu itu segera mendekati tumpahan kerukan beko di bantaran Sungai Cisangkuy. Ia menyangka benda berwarna agak kekuningan itu merupakan sebuah ember. “Saya kira itu ember jolang, karena tak jauh dari sungai ada pabrik ember. Setelah didekati ternyata itu kura-kura,” tuturnya.

Saat ditemukan, beberapa orang sempat berdebat akan diapakan satwa itu. Ada yang berpendapat untuk dijual, namun akhirnya disepakati satwa tersebut akan dimasak untuk dimakan bersama-sama.

“Ada pekerja proyek yang tak mau makan daging monbi, akhirnya dia diberi uang Rp. 50 ribu oleh warga lainnya. Sebagian dari mereka (pekerja proyek) mengambil telur-telur dari monbi ini,” ucap Ano.

Ano mengaku tidak tahu kalau satwa langka itu dilindungi undang-undang. “Kami tidak tahu kalau hewan ini merupakan hewan yang dilindungi. Kalau tahu, mungkin tidak akan sembelih,” kilahnya.

Di aliran Sungai Cisangkuy sendiri masih banyak satwa liar yang dilihat oleh warga. Beberapa waktu ke belakang, warga pernah mendapati biawak dan ular sanca. Ular tersebut diklaim memiliki bobot 40 kilogram dengan panjang lebih dari 8 meter. “Akhirnya dijual oleh warga,” kata Ano.

BERITA LAINYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

TERKINI