BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan membuka Musyawarah Daerah (Musda) XI Real Estate Indonesia (REI) Jawa Barat, di Ballroom The Trans Luxury Hotel, Bandung, Rabu (29/11/17).
Di hadapan para anggota REI se-Jabar, serta 15 DPD REI yang ada di Indonesia ini, Aher menekankan tentang pentingnya para pengembang properti memperhatikan aspek lingkungan dalam setiap proyeknya.
“Saya sepakat teman-teman pengusaha yang mengusahakan properti atau perumahan, baik perumahan bagi masyarakat umum maupun perumahan bagi yang berpenghasilan lebih tinggi itu betul-betul memperhatikan aspek lingkungan,” tutur Aher dalam sambutannya.
Aher juga memuji langkah pengusaha perumahan dalam menata lingkungan di setiap proyek perumahan. Menurutnya, perumahan memberikan kontribusi dalam memperbaiki tata ruang perkotaan dan perdesaan, serta meningkatkan kebahagiaan bagi penghuninya.
“Penataan perumahan lewat pengusahaan seperti ini akan lebih tertata dibandingkan dengan bila masyarakat membuat rumah masing-masing satu per satu. Dan kelihatannya semrawutnya perkotaan kita, semrawutnya perkampungan kita gara-gara perumahannya masing-masing dibuat tanpa perencanaan bersama,” papar Aher.
“Dan kalau sudah menjadi kawasan atau perumahan yang dikelola oleh teman-temn real estate, insya Allah akan terpelihara. Jadi, saya memandang bahwa kehadiran real estate dan kehadiran perusahaan yang mengusahakan perumahan rakyat itu sangat penting adanya untuk membangun kebahagiaan. Karena dengan demikian akan terjadi lingkungan yang baik ketika ditata lewat perumahan-perumahan tersebut,” sambungnya.
Musda REI DPD Jawa Barat kali ini bertema: Pengaruh Pembangunan Infrastruktur dan Kebijakan Pemerintah terhadap Bisnis Properti. REI menilai infrastruktur akan memberikan dampak yang cukup berarti terhadap pembangunan ekonomi secara merata, sehingga hal tersebut harus diantisipasi sejak dini.
“Jika berkaca pada pembangunan infrastruktur di Pulau Jawa, khususnya di Jabodetabek. Pembangunan infrastruktur LRT dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung belum begitu terlihat rencana kawasan untuk tujuan pemerataan tersebut. Yang ada malah penguasaan lahan secara terpihak di sekitaran infrastruktur tersebut oleh sebagian orang,” ungkap Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) REI Jawa Barat Irfan Firmansyah dalam sambutannya.
Untuk menghindari hal tersebut, menurut Irfan perlu ada skema kerjasama yang saling menguntungkan. Karena prospek pengembangan properti di lokasi pembangunan LRT dan Kereta Cepat akan jadi market bisnis properti di kemudian hari. Oleh karena itu, Musda ini digelar sebagai sarana diskusi antara anggota REI Jabar, para mitra kerja, serta pihak pemerintah daerah.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) REI Sulaeman Sumawinata menuturkan arah dari pembangunan adalah infrastruktur. Infrastruktur merupakan faktor penentu proyek pembangunan perumahan atau properti. Pembangunan akan bergerak ke arah di mana infrastruktur itu berada.
Sulaeman memandang Jawa Barat adalah salah satu pijakan pembangunan di Indonesia. “Jawa Barat dan DKI Jakarta itu pijakan. DKI itu sebenarnya titik sentral saja. Tapi pergerakan pembangunan itu sebetulnya ada di sekitarnya di Jawa Barat. Kalau lihat jalur Cikampek ke Cirebon itu sebentar lagi juga akan seperti dari Cikampek ke Jakarta,” kata Sulaeman.
Sulaeman juga melihat tema yang diambil Musda DPD REI Jawa Barat sangat tepat dengan kodisi saat ini. Menurutnya, sekarang sering terjadi pembangunan yang berserakan dimana-mana. Apabila infrastruktur didahulukan, maka tata ruang wilayahnya akan lebih tertata.
“Dampak dari pembangunan real estate ke arah yang lain-lain. Ada 174 industri ikutan, menciptakan investasi baru, membayar pajak, menciptakan lapangan kerja. Saya kira disinilah pentingnya, memang kita harus sinergi dan pemerintah harus sinergi dengan kita untuk melaksanakan pembangunan di negeri ini,” pungkas Sulaeman.