BALEBANDUNG – Jaman baheula, sepulang mengaji anak-anak suka bermain babalonan dari kain sarung. Pendiri Komunitas Hong Dr. Zaini Alif mengatakan kaulinan sarung selain untuk permainan, juga bisa memperkenalkan terhadap kebudayaannya kita sendiri.
“Selama ini sarung diidentikan dengan budaya Islam. Padahal kain itu merupakan identitasnya Kabupaten Bandung saat melawan penjejahan Belanda dulu,” ungkap Zaini.
Atas dasar itulah, kini Zaini tengah memasyarakatkan kembali kaulinan sarung. Bahkan dirinya berharap agar permainan tersebut jadi icon-nya Kabupaten Bandung.
“Saya tengah berupaya untuk memasyarakatkan kembali kaulinan sarung, sekaligus mendorong pemerintah agar menjadikan permainan itu sebagai icon-nya Kabupaten Bandung,” ucapnya.
Selain memasyarakatkannya secara regional dan nasional, kaulinan sarung pun diperkenalkan Zaini ke masyarakat internasional, diantaranya ke Amerika, Australia, Turki, Jepang, China, Malaysia, Thailand dan Singapura.
“Mereka cukup antusias saat melakukan permainan dari sarung. Bahkan ada yang meminta agar saya tinggal di negaranya jadi instruktur permainan tradisional,” tuturnya.
Zaini menandaskan merupakan langkah yang pas kalau kaulinan sarung jadi icon Kabupaten Bandung. Sebab di kabupaten dengan 280 desa itu, terdapat industri sarung yang kini tengah “mati suri”. Dengan digebyarkannya kembali kaulinan sarung, akan menghidupkan kembali perekonomian rakyat di bidang persarungan.
Saat keliling dunia mengenalkan permainan tradisional, Zaini mengaku dirinya membawa ribuan pieces sarung Majalaya. “ Kita patut bangga, pabrik sarung ada dimana-mana, bahkan Pakistan juga ada. Tetapi permainan sarung haya dimiliki orang sunda, khusunya masyarakat Kabupaten Bandung. Jadi sudah sewajarnya jika permainan itu dijadikan iconnya Kabupaten Bandung,” pungkasnya.