Bale BandungEkonomi

Usaha Konveksi Tertekan Dolar

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto didampingi Skeda Jabar Iwa Karniwa saat kunjungan kerja ke UPT Tekstil Majalaya, Jl. Kondang No. 41 Majalaya Kab. Bandung, Selasa (18/9/18). by Humas Jabar

SOREANG – Para pelaku usaha konveksi di Kabupaten Bandung mengeluhkan lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Kenaikan dolar memengaruhi harga bahan baku benang, kain dan mesin produksi. hal ini diperparah dengan melemahnya daya beli masyarakat sehingga menyulitkan para pelaku usaha untuk menaikkan harga jual.

“Bahan baku seperti benang dan kain impor, sehingga ketika dolar naik otomatis ikutan naik. Kenaikan harga bahan baku antara 10 hingga 20 persen,” kata pelaku usaha konveksi di Soreang yang juga pengurus koperasi Paguyuban Pedagang Soreang (PPS) Deden Najmudin, di Soreang, Rabu (19/9/18).

Menurut Deden, para pelaku usaha konveksi di Kabupaten Bandung biasa memproduksi pakaian muslim dan kerudung. Namun, karena dolar yang menguat penjualan barang berupa pakaian muslim dan kerudung berkurang 20-30%.

Selain terpengaruh dolar, dampak pengecoran terhadap pabrik-pabrik yang membuang limbah ke sungai tanpa pengolahan juga memengaruhi jalannya usaha mereka. Para pelaku usaha konveksi sulit memperoleh bahan baku dari pabrik yang dicor.

“Selain harga kain dan benang, mesin produksi juga otomatis naik karena kebanyakan yah mesin itu produk impor. Cukup berat juga sih, di satu sisi kami juga enggak bisa menaikan harga jual di saat pasar sedang lesu, untuk mensiasatinya kami menekan biaya produksi yang masih bisa diakalin,”ujarnya.

Wakil Bupati Bandung, Gun Gun Gunawan menilai industri konveksi di Kabupaten Bandung akan tetap stabil meski rupiah melemah. Sebab menurut Wabup masih banyak konsumen yang mencari produk-produk konveksi.

Bagikan
Baca Juga  Bangkitkan Lagi Industri Tekstil Majalaya

Tinggalkan Balasan