RANCAEKEK – Calon anggota DPRD Kabupaten Bandung nomor urut 2 dari Partai Perindo, Dian Andriani, SH, mengaku baru kali ini terjun ke dunia politik di tengah kesibukan menjalani usahanya sendiri.
Calon legislatif dari Dapil 4 Rancaekek-Cicalengka-Nagreg-Cikancung ini merasa terpanggil untuk mengabdi kepada masyarakat di daerah pemilihannya yang masih ia temukan sejumlah masalah khususnya di sektor perekonomian.
“Saya akan merangkul, membina, mensejahterakan masyarakat menengah ke bawah di segala sektor, agar mampu menggali dan mengembangkan SDM yang lebih maju, sesuai dengan visi saya memanusiakan manusia,” tandas Dian kepada Balebandung.com, Sabtu (20/10/18).
Di kampungnya, di Rancakihiang Desa Bojongloa Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, wanoja Sunda kelahiran Bandung 20 Februari 1982 ini dikenal dengan julukan “Neng Bungsu Jagal” karena orangtuanya berprofesi sebagai pedagang daging sapi di Pasar Dangdeur Rancaekek. Dian menerangkan, julukan Bungsu Neng Jagal berawal dari ibunya, Hj Dedeh, yang dikenal sebagai Neng Jagal atau Ibu Haji Daging sejak tahun 1969 hingga 2005.
Perempuan yang sempat bercita-cita jadi dokter ini memang lahir dan dibesarkan dari keluarga wirausaha. Sebenarnya, ungkap Dian, keluarganya jauh dari dunia politik, malah boleh dikatakan nggak ngerti urusan politik.
“Baru tahun saya keluar dari jalur biasa sebagai wiraswasta. Saya masuk ke dunia politik, mencalonkan diri sebagai anggota dewan, karena saya sebagai bagian dari anak bangsa merasa prihatin dengan kondisi di daerah saya, banyak yang belum tersentuh pemerintah,” ungkap pemilik badan usaha HD Putra ini.
Dian pun ingin masyarakatnya lebih baik, lebih pintar dari sebelumnya dan membina UMKM Mandiri. Ia mengaku gabung ka Perindo karena iseng mau ngajuin gerobak untuk tetanggana.
“Kebetulan di Perindo ada penerimaan pendaftaran calon legislatif. Ya, udah saya daftar online dulu sampai akhirnya lolos jadi caleg Perindo. Di samping itu saya berani nyaleg karena program Perindo memang bagus untuk masyarakat, termasuk soal gerobak UKM itu,” bebernya.
Sebelumnya Dian pun mendirikan Yayasan Inspirasi Masyarakat Indonesia (IMI), dengan tujuan agar masyarakat lebih maju sedikit dari segi ekonomi, pemasaran hasil agraris ataupun pendidikan anak-anak untuk bisa membaca al Qur’an.
“Sementara saya juga sekarang jadi pembina di Majelis Dzikir Sayiddul Bahri. Majelis ini masih tahap baru, jadi jangkauannya baru sekitaran Kabupaten Bandung,” tutur putri kelima pasangan alm H. Undang dan Hj Dedeh ini.
Sejak masih kuliah, alumni Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung ini memang sudah sarat prestasi. Beberapa kali Dian ikut lomba karya tulis di mana tidak sembarangan mahasiswa mengikutinya. Seperti halnya Dian yang dipertimbangkan, karena dia selalu meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) di atas 3.00 poin.
Waktu itu ia berhasil jadi juara lomba karya tulis tingkat fakultas. Kemudian lanjut ke lomba karya tulis ilmiah tingkat universitas di mana ia harus bersaing dengan dua mahasiswa IPB. Dian berhasl juara lagi. Kemudian ia pun mengikuti lomba karya tulis tingkat nasional antar perguruan tinggi Kopertis B, meski pun tidak berhasil jadi juara.
“Menjadi mahasiswi dengan IPK selalu tertinggi menjadi beban moral buat saya yang harus dipertahankan. Bahkan semester terakhir saya mendapatkan IPK 3,42,” tuturnya.
Lulus kuliah, untuk mencari pengalaman, Dian pernah bekerja di perusahaan swasta PT Inlage, BRI Tower, PD. HD, sampai akhirnya ia punya usaha sendiri sebagai pemilik HD. Putra.
Di sela kesibukannya, Dian juga berupaya untuk menyisihkan waktu mengabdi ke masyarakat sebagai Dewan Pembina Yayasan IMI dan pembina di Majelis Dzikir Sayiddul Bahri, serta LSM yang dikutinya. Inilah yang membuatnya ingin mengembangkan pengabdiannya ke masyarakat Kabupaten Bandung. ***