CILILIN – RSUD Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB) ditetapkan menjadi tempat rujukan bagi para pasien pengidap HIV/AIDS di Bandung Barat yang berjumlah sekitar 120 orang untuk melakukan pengobatan. Agar dapat bertahan hidup, para penderita HIV/AIDS itu memerlukan obat antiretroviral (ARV).
Kepala RSUD Cililin Jajang Hadianto mengatakan rumah sakitnya memang menjadi rujukan dari total 120 pasien HIV/AIDS yang ada di KBB. Guna menjaga kekuatan tubuhnya untuk bertahan hidup maka mereka harus disuplai terus ARV.
“Pasien yang terdata ada 120 orang dan kami selalu memberikan ARV kepada mereka untuk tetap bertahan hidup,” kata Jajang.
Namun jika ada penderita HIV/AIDS itu yang hamil dan akan melakukan operasi besar seperti caesar pihaknya belum dapat melayaninya. Ini dikarenakan keterbatasan peralatan yang dimiliki.
Pasalnya untuk melakukan operasi besar terhadap penderita HIV/AIDS penanganannya berbeda. Perlengkapan alat-alat bedahnya pun terbilang cukup mahal. Di samping menggunakan peralatan bedah sekali pakai untuk pasien, dibutuhkan pula peralatan bedah yang aman bagi tenaga medis agar tidak terinveksi virus HIV/AIDS.
“Alat-alatnya khusus dan hanay sekali pakai langsung buang. Bahkan setelah melakukan operasi maka ruang operasinya pun harus dibersihkan dan biayanya mencapai Rp 2 juta,” ucapnya.
Untuk itu, lanjut Jajang, beberapa waktu lalu saat ada pasien HIV/AIDS yang akan melahirkan, ST (35). Pihaknya tidak memiliki kelengkapan peralatan untuk melakukan pembedahan sehingga tidak bisa melakukan operasi tersebut. (fik)