JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut mengatakan fenomena golongan putih atau Golput, dilihat sejarahnya, adalah protes dari bagian sistem pada saat itu Orde Baru (Orba). Dulu, kalau memilih artinya melegalkan sistem saat itu sehingga Golput menjadi sangat relevan sebagai bagian dari protes terhadap sistem.
“Nah, sekarang apa yang mau diprotes, sistem saat ini sudah terbuka dan melibatkan masyarakat dalam menentukan sesuatu. Kita mau protes soal trotoar terlalu kecil cukup status rame-rame di media sosial walikotanya akan melihat dan langsung merespon memperbaikinya,” kata Wenseslaus atau Kak Wens dalam sebuah acara dialog khusus di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (25/3/19).
Sekarang, lanjut Kak Wens, teknologi memungkinkan kita untuk berpartisipasi dalam mengatur jalannya kekuasaan. Sedangkan pemerintah juga sudah memaksimalkan kekuatan teknologi sebagai jalan untuk melibatkan masyarakat dalam mengelola suatu proses.
“Jadi sangat-sangat clear sebenarnya, mau pilih A atau B sebaiknya jangan golput, kalau mau terlibat dalam mengelola atau mengatur yang tadi-tadi itu,” kata dia.
Menurut Kak Wens, kalau Golput karena tanpa alasan yang kuat maka sudah bukan lagi jamannya. “Saya kira udah ga jamannya ya, karena ga punya alasan lagi,” ucapnya.
Kemudian dari sisi tujuan, politik itu mengatur kehidupan kita bersama. Kalau kita mengeluh soal listrik sering mati ada instrumen politik yang bekerja di belakang setrum itu. “Ada proses politik dalam pasokan listrik dan lain sebagainya. Maka sekali lagi golput itu saat ini udah ga jamannya,” tandasnya.
Demi keberlanjutan kepemimpinan dan pembangunan nasional, masyarakat khususnya kaum milenial dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam ajang Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan digelar secara serentak di seluruh wilayah Indonesia pada 17 April 2019.
Hingga acara puncak pemilihan, untuk menjaga kondisi yang tetap aman dan kondusif, rakyat harus bersatu dan bersama-sama melawan hoax atau berita bohong. Membuat dan menyebarkan hoax bukan hanya merugikan pihak yang menjadi sasaran fitnah, tetapi berdampak bagi seluruh rakyat.
“Setiap warga negara berhak untuk memilih pemimpin sesuai dengan hati nurani, tanpa tekanan dari pihak manapun, termasuk oknum-oknum penyebar hoax, fitnah dan ujaran kebencian. Suara rakyat akan menentukan nasib bangsa ke depan. Jangan sebar hoax dan jangan Golput. Mari menjaga Pemilu agar dapat berjalan dengan damai, demi persatuan dan keberlanjutan kepemimpinan nasional,” seru Kak Wens.***