SOREANG, Balebandung.com – Warga Desa Padasuka, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung mendapatkan pelatihan profesional seputar dunia bisnis dari SCG Indonesia, di Aula Desa Padasuka, Minggu, (24/11/19).
Para praktisi dan pemangku kepentingan lokal hadir untuk membagi ilmu dan pengalaman kepada warga desa, termasuk praktek dalam menerapkan konsep bisnis berbasis ekonomi sirkular.
Country Director SCG Indonesia, Anusorn Potchanabanpot mengatakan, sebagai perusahaan regional terkemuka, SCG berkomitmen untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan di wilayah tempatnya beroperasi, termasuk di Indonesia.
“Pelatihan hari ini adalah bentuk keberlanjutan dukungan SCG terhadap langkah 10 orang mahasiswa (kelompok bernama Niracle) penerima beasiswa SCG Sharing the Dream; 8 diantaranya berasal dari kampus di Bandung; yang menginisiasi proyek pengolahan limbah tekstil dan pakaian bekas, bernama Retote Project,” jelas Anusom dalam rilisnya.
Anusom menandaskan, pemberdayaan dan pengembangan masyarakat di wilayah tempat SCG beroperasi adalah prioritas pihaknya dalam setiap program, termasuk CSR unggulan berupa beasiswa SCG Sharing the Dream.
Bukan sekedar memberi dukungan pendidikan berkelanjutan bagi para mahasiswa, tukas Anusom, pihaknya pun mendorong mereka untuk dapat menciptakan ide-ide yang bermanfaat dan memberikan kontribusi positif bagi sekitarnya.
“Oleh karena itu, SCG mendukung Retote Project yang sejalan dengan prinsip SCG Circular Way di mana menekankan implementasi konsep ekonomi sirkular, sekaligus memberikan pelatihan profesional untuk masyarakat di desa ini,” jelasnya.
Sebelumnya, Retote Project telah dipresentasikan di hadapan para pemangku kepentingan dan pemimpin dunia oleh para mahasiswa dalam ajang internasional, ASEAN Camp 2019 pada bulan Agustus lalu di Bangkok, Thailand.
Sebagai peserta, mereka diharuskan untuk memiliki sebuah inisiatif berupa proyek lokal yang berkaitan dengan ekonomi sirkular. Setelah melakukan riset dan survei, kelompok Niracle menemukan banyaknya limbah tekstil dan kain perca bekas yang dibakar dan dibuang ke Sungai Citarum, yang tentu saja menjadi polusi. Mereka lalu mengonsepkan permasalahan ini dengan konsep ekonomi sirkular menjadi sebuah proyek pengolahan limbah.
Salah seorang peserta, mahasiswa ITB yang juga jadi Manajer Retore Project, Afyan Cholil menerangkan, retote project adalah sebuah ide tentang kolaborasi untuk memberikan soft skill bagi masyarakat agar memungkinkan mereka memberikan nilai tambah pada limbah tekstil yang ada, dan tidak lagi membuangnya ke sungai.
“Kami berusaha mendorong dan membuat warga setempat untuk mampu memproses limbah tekstil dan kain serta pakaian yang tidak digunakan, untuk menjadi barang yang punya nilai jual. Dalam jangka panjang hal ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat, di situlah kami menerapkan konsep ekonomi sirkular,” kata Afyan.
Respon positif pun datang dari warga yang secara perlahan memahami konsep ekonomi sirkular dan dalam jangka panjang bisa mempraktekannya sendiri, untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.
Ketua Karang Taruna Bina Muda Desa Padasuka, Yoga Purnama Pangestu mengungkapkan, masalah limbah tekstil, kebersihan sungai dan polusi udara akibat pembakaran telah menjadi permasalahan warga desa sejak lama.
“Kami senang sekali akhirnya ada para mahasiswa yang peduli bukan hanya pada lingkungan, namun juga pemberdayaan warga di sini. Ditambah asupan ilmu dari pelatihan yang diberikan para professional dari SCG Indonesia, kami yakin desa kami akan lebih baik dan semoga bisa menjadi contoh bagi desa lain,” ungkap Yoga.
Sebagai perusahaan regional terkemuka, SCG selalu berusaha untuk menerapkan praktek ekonomi sirkular di sektor bisnis. SCG sekali lagi ingin menggemakan bahwa konsep ekonomi sirkular melalui gaya hidup sehari-hari dapat memberikan perbaikan pada lingkungan dan ekonomi masyarakat.
Retote Project menunjukkan bahwa gaya hidup sirkular dapat dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja, sekaligus memastikan keberlanjutan dilaksanakannya praktek pengolahan limbah tekstil karena dilakukan oleh masyarakat sendiri.
“Kami percaya bahwa konsep ekonomi sirkular adalah kunci untuk mencapai tujuan akhir dari pembangunan berkelanjutan,” tandas Anusorn. Menurutnya, masyarakat lokal akan menjadi agen perubahan utama, untuk mempraktikkan ekonomi sirkular melalui Retote Project ini.
“Dengan mendukung proyek para mahasiswa ini, kami bukan sekedar bertujuan mengurangi limbah tekstil yang dibakar dan dibuang di sungai, serta menghasilkan pendapatan warga, namun kami harap dalam jangka panjang masyarakat di sini lebih berdaya bagi dirinya sendiri, keluarga dan lingkungannya,” tutup Anusorn.
SCG merupakan salah satu grup konglomerasi terkemuka di kawasan ASEAN, terdiri dari tiga bisnis utama, yakni: Cement-Building Materials, Chemicals, dan Packaging. Melalui lebih dari 200 perusahaan dan sekitar 57.000 karyawan, SCG menciptakan dan mendistribusikan produk dan layanan inovatif yang menjawab kebutuhan konsumen saat ini dan masa depan.***