LEMBANG – Peneliti dari Observatorium Bosscha nyaris menyamai rekor dunia untuk pengamatan bulan sabit dengan kerapatan elongasi (jarak antara matahari dengan bulan melalui pengukuran dari bumi) terdekat.
Peneliti Bosscha yang bernama Muhammad Yusuf dan Agus Jatniko berhasil melihat bulan sabit dengan elongasi 4,6 derajat saat melakukan pengamatan di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sedangkan rekor dunia elongasi terdekat saat ini ialah 4,25 derajat yang dicatatkan oleh astronom Prancis Thierry Legault ketika beberapa tahun lalu meneliti bulan sabit.
“Tim peneliti dari Bosscha mampu melihat bulan sabit dengan elongasi 4,6 derajat saat melakukan penelitian di Kupang, NTT. Itu artinya hanya terpaut selisih tipis dari rekor dunia yang dicatatkan beberapa tahun lalu oleh astronom asal Prancis Thierry Legault yang berhasil melakukan pengmatan bulan sabut dengan elongasi 4,25 derajat,” ungkap Kepala Observatorium Bosscha Mahasena Putra.
Mahasena mengatakan bulan sabit yang terlihat di Kupang itu memiliki jarak elongasi 4,6 derajat dan sebelumnya peneliti Bosscha belum pernah bisa melihat bulan sabit dengan jarak matahari dan bulan yang serapat itu. Saat pengamatan cuaca di Kupang sangat cerah sehingga hal itu sangat memungkinkan terjadi.
Menurut Sena semakin rapat elongasi matahari dengan bulan, maka akan semakin sulit untuk melihat bulan sabit. Ini dikarenakan sinar matahari yang terlalu terang bakal membuat mata silau ketika melihat bulan. Sehingga secara konvensional untuk melihat bulan sabit itu harus menunggu matahari terbenam terlebih dahulu.
“Saat melakukan pengamatan pun mereka memakai teropong baffle yang menyerupai bazooka yang dapat menghalangi cahaya liar saat pengamatan,” terangnya. [fik]