Selasa, November 26, 2024
spot_img
BerandaBale BandungAngklung, Pelestarian Seni, Budaya dan Lingkungan

Angklung, Pelestarian Seni, Budaya dan Lingkungan

Wagub Jabar Deddy Mizwar saat “Angklung Pride 6” di kawasan Kebon Awi Udjo di Cijaringao, Desa/Kec Cimenyan, Kab Bandung, Minggu (27/11). by Humas Pemprov Jabar
Wagub Jabar Deddy Mizwar saat “Angklung Pride 6” di kawasan Kebon Awi Udjo di Cijaringao, Desa/Kec Cimenyan, Kab Bandung, Minggu (27/11). by Humas Pemprov Jabar

CIMENYAN – Masih dalam rangkaian acara perayaan enam tahun Angklung ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda atau Intangible Cultural Heritage of Humanity oleh Unesco, 16 November 2010, Saung Angklung Udjo (SAU) menggelar acara “Angklung Pride 6”. Bertempat di kawasan kebun bambu atau Kebon Awi Udjo yang terletak di Cijaringao, Desa/Kec Cimenyan, Kabupaten Bandung, Minggu (27/11/16), acara berlangsung meriah dan mengundang decak kagum para penonton yang hadir.

Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar pun tak ingin melewatkan kesempatan ini. Deddy hadir dengan membawa misi cinta akan lingkungan, sebagai wujud dari pelestarian alam. Untuk itu, Wagub yang kerap disapa Demiz ini sangat memberikan apresiasinya terhadap upaya pelestarian lingkungan alam sekaligus seni budaya Jawa Barat yang telah dilakukan pihak SAU, yaitu Angklung.

Berdiri di atas lahan seluas empat hektar, Kebon Awi Udjo merupakan lumbung tanaman bambu bagi Komunitas SAU agar tetap bisa memproduksi alat musik khas Tanah Pasundan tersebut. Menurut Demiz, tanaman bambu bisa memberikan manfaat lain pada kawasan tersebut.

“Mari kita tanami bambu di kawasan ini, karena bisa memberikan fungsi lain. Yaitu untuk konservasi kawasan, agar tidak longsor, tapi juga bisa menjadi daerah resapan air,” ujar Demiz dalam sambutannya di acara puncak Angklung Pride 6 ini.

Demiz melanjutkan, manfaat tersebut bisa berlanjut melalui upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat. Melalui tanaman bambu ini, masyarakat bisa turut serta dalam pengolahan dan produksi Angklung, serta berbagai kerajinan tangan lainnya yang menggunakan bambu sebagai bahan dasarnya.

“Ini contoh yang konkret dari bagaimana masyarakat bersama pemerintah, akademisi, komunitas ya – membangun alamnya dengan harmoni. Sama dengan Angklung, Angklung ga bisa dimainkan sendiri, dimainkan bersama-sama, beragam nada. Tapi dimainkan bersama-sama, maka terciptalah irama-irama yang sangat harmoni yang bisa kita nikmati sebagai sebuah keindahan,” papar Demiz.

Angklung Pride 6 berlangsung dari 16 – 27 November 2016. Bertepatan denan usianya ke-50 tahun, SAU memiliki tanggung jawab untuk memberikan kontribusi terhadap masa depan bangsa. Bekerjasama dengan berbagai pihak, termasuk Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Saung Angklung Udjo berinisiatif untuk turut serta membangun jati diri generasi muda melalui kebesaran filosofi dan kearifan lokal yang terkandung pada seni budaya, khususnya Angklung. Angklung Pride 6 menjadi momentum bagi Saung Angklung Udjo untuk melangkah dalam merealisasikan tanggung jawab tersebut.

Pimpinan Saung Angklung Udjo Taufik Hidayat Udjo mengatakan, sejak awal berdirinya SAU mempunyai cita-cita tinggi untuk menjadi pelestari di bidang seni dan budaya, sekaligus lingkungan.

“Melalui Angklung Pride 6, kami ingin kembali memperkuat kontribusi dalam merespon isu-isu di masyarakat saat ini, melalui kebesaran nilai filosofi dan kearifan lokal Angklung. Kami berupaya melakukan pelestarian seni budaya dan lingkungan sekitar kami dengan harapan dapat memberi manfaat bagi masyarakat dan masa depan bangsa,” tutur Taufik dalam siaran persnya.

Angklung Pride 6 digelar dengan tiga agenda utama, yaitu Saung Angklung Udjo sebagai ruang publik dalam berkesenian, pemberdayaan masyarakat sekitar, dan hibah angklung untuk sekolah.

Bersama tokoh masyarakat, budayawan, komunitas, sekolah-sekolah, dan warga sekitar dengan dukungan mitra, Angklung Pride 6 digelar dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Selain itu, ada pula Mini Pameran Angklung, pertunjukan khusus, serta penampilan komunitas dan kelompok angklung dari sekolah-sekolah di Bandung, yaitu SDN Padasuka 1-6, SMP Satu Atap Cibanteng, SMPN 14 Bandung, SMAN 1 Bandung, dan SMA PGII 1 Bandung.

Puncak acara digelar pada hari Minggu (27/11) ini, di kawasan Kebon Awi Udjo, Cijaringao, yang berjarak sekitar 1,5 km dari lokasi Saung Angklung Udjo. Puncak acara menampilkan Upacara Helaran, bermain angklung keluarga besar Saung Angklung Udjo bersama masyarakat, Ketangkasan Domba, Pasar Rakyat, serta dimeriahkan penampilan seniman dan musisi Jawa Barat Doel Sumbang.

Pada kesempatan ini pula, Saung Angklung Udjo menyerahkan angklung kepada beberapa sekolah di Bandung sebagai lanjutan program ‘1.000 angklung’ yang dilaksanakan oleh Saung Angklung Udjo bersama mitra yang diserahkan secara simbolis Wagub Deddy Mizwar, Doel Sumbang, dan Taufik Hidayat Udjo.

Dengan mengusung konsep “Kebersamaan”, Saung Angklung Udjo ingin menegaskan bahwa Angklung tidak hanya dimiliki oleh pengrajin, pemain angklung, atau budayawan semata. Akan tetapi, angklung adalah milik bersama, tanggung jawab bersama dan kebanggaan bersama dari Indonesia untuk dunia.

Angklung Pride menjadi upaya bersama dalam rangka memelihara, melindungi, mempromosikan, serta meregenerasikan angklung, sebagaimana syarat yang telah ditetapkan oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (Unesco), yaitu badan dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang khusus menangani pendidikan, sains, dan budaya.

spot_img
BERITA LAINYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

TERKINI

spot_img