
CIWIDEY, Balebandung.com – Anggota Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat, Dadang Supriatna, menjenguk Sopian (18), anak buruh tani di Kampung Limbangan RT 02 RW 24 Desa Lebakmuncang Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, yang kaki kanannya mengalami pembengkakan yang menimbulkan benjolan besar. Benjolan Di pahanya membuat Sopian sulit bergerak dan sehari-harinya hanya bisa berdiam diri di atas kasur.
Kang DS, sapaan Dadang Supriatna mengaku prihatin dengan yang dialami Sopian. Kang DS yang juga bakal calon Bupati Bandung dari Partai Golkar ini berharap Sopian bisa segera sembuh dan beraktivitas normal kembali. Selain memberikan bantuan biaya pengobatan sebesar Rp 5 juta, Dadang juga akan membantu Sopian agar bisa melanjutkan pendidikannnya. Karena Sopian sekarang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar saja.
“Kalau sudah sembuh, kita akan bantu pendidikannya melalui paket B atau C dan bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Saya akan bantu untuk biaya ke perguruan tinggi. Mudah-mudah Sopian bisa lebih semangat dan tidak minder, sehingga bisa melanjutkan sekolahnya,” kata Dadang kepada watawan, Jumat (5/6/2020).
Camat Ciwidey Karyadi Raharjo menambahkan pihaknya akan berupaya untuk kesembuhan Sopian. “Kita akan melayangkan surat secara resmi rekomendasi dimulai dari RW, desa hingga camat untuk pengobatan Sopian,” ujar Karyadi.
Pihaknya juga akan menugasi petugas khusus untuk mengawasi pengobatan Sopian. “Kita juga akan kawal sampai benar-benar sembuh hingga pasca pengobatan. Jika pada akhirnya Sopian harus diamputasi, kita akan upayakan kaki palsunya,” kata camat.
Ibunda dari Sopian, Ny Eti (39), menceritakan benjolan tersebut sudah ada sejak Sopian kecil. Karena benjolannya berukuran kecil dan Sopian tidak merasakan sakit, Eti menganggapnya hanya benjolan biasa. Tetapi, Eti tetap memeriksakan anaknya tersebut. Pertama, Eti membawa Sopian ke ahli tulang, tetapi katanya tidak ada masalah keseleo kaki atau patah kaki. Kemudian Eti sudah memeriksakannya dua kali ke klinik.
“Awalnya, kata dokter keropos tulang. Kemudian, kata dokter harus dibawa ke rumah sakit dan kemungkinan bisa diamputasi,” ujar Eti saat ditemui dirumahnya, Kamis (4/6/2020).
Selanjutnya Eti membawa Sopian untuk berobat ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Rencananya, pada Kamis (4/6), Sopian dijadwalkan untuk pemeriksaan lanjutan. Tetapi, sehari sebelum pemeriksanaan, kondisi Sopian sedikit ngedrop yang membuat gula darahnya meningkat.
“Mau ngambil jadwal bedah, tetapi satu hari itu, dia gak mau makan dan apa-apa. Kemarin nge-drop, jadi gula darahnya naik,” jelas Eti.
Sopian adalah anak dari Muchtar dan Eti. Dalam kesehariannya, ayah Sopian bekerja sebagai buruh tani yang pendapatan sehari-harinya tidak pasti. Sedangkan Eti hanya sebagai ibu rumah tangga. Dalam membiayai pemeriksaan Sopian, Eti hanya bisa mengandalkan BPJS Kesehatan pribadi yang dimilikinya. Sebelumnya Eti pernah mengajukan SKTM, tetapi tidak di-acc sehingga terpaksa Eti mendaftar BPJS pribadi.
“Yang saya pikirkan dan yang membuat saya berat itu biaya depannya, seperti kemoterapi an lain-lain. Perjalanan ke rumah sakit juga jauh, sehingga perlu biaya banyak. Bantuan alhamdulillah ada, seperti sembako, ada juga bantuan dari lingkungan sekitar, dari desa juga ada bantuan mobil desa, jadi kalau berobat lebih mudah. Selama berobat lumayan sudah agak besar, gak kehitung karena nyicil, Rp10 juta mah sudah ada,” tutur Eti.
Eti berharap ada pihak yang mau membantu anaknya. Untuk biaya pengobatan dan biaya setelah pengobatan. Eti mengaku berat harus membayar biaya BPJS Kesehatan pribadinya, karena perbulan harus membayar Rp102.000. Padahal pendapatan suaminya tidak menentu.***