SOREANG – Kabupaten Bandung belum terbebas dari penyakit tuberculosis (TBC) yang jadi salah satu penyakit penyebab kematian. Penyakit menular mematikan nomor dua setelah HIV AIDS ini pada umumnya menyerang paru-paru. Kasusnya hingga kini salah satunya bisa ditemukan di Desa Tegalluar Kecamatan Bojongsoang.
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Kecamatan Bojongsoang, Koni Sapta Wulan mengakui jika didaerahnya masih banyak ditemukan kasus penderita TBC. Bahkan kematian akibat terlambatnya penanganan medis yang tepat pun masih sering terjadi.
Koni mengatakan, penyebab masih ditemukannya kasus TBC di warga Desa Tegalluar ini akibat lingkungan yang kurang sehat. Daerah tersebut rawan banjir dan banyak ditemukan usaha pembuatan batu bata merah yang menimbulkan debu. Tak hanya itu saja, penyebab lainnya adalah akibat minum-minuman keras.
“Sejak 2006 lalu, saya seringkali mengantar warga untuk berobat TBC ke rumah sakit. Dan sampai sekarang juga masih ada saja. Kalau diperkirakan satu desa ini bisa puluhan orang dan tersebar di 14 RW di Desa Tegalluar ini,” kata Koni, Kamis (29/9/16).
Koni mengungkapkan akibat penyakit ini tak jarang penderitanya meninggal dunia. Bahkan pernah pada tiga tahun lalu, di RW 06 satu keluarga yang terdiri dari bapak,ibu dan dua anaknya satu persatu meninggal dunia akibat mengidap penyakit TBC. Selain satu keluarga ini, warga yang meninggal dunia juga terdapat di RW 10,13,14 dan beberapa RW lainnya.
Penyebab lainnya yang menjadikan wilayah ini masih banyak ditemukan penyakit TBC adalah pemahaman masyarakat terhadap kesehatan yang masih rendah. Seringkali mereka mengabaikan kebersihan lingkungan, serta enggan memeriksakan kesehatannya.
“Peran Puskermas memang ada, tapi rasanya masih kurang. Karena biasanya dilakukan penyuluhan pada masyarakat itu kalau ada kejadian saja. Saya kira seharusnya penyuluhan ini ditingkatkan lagi, mengingat kesadaran masyarakat yang kebanyakan tidak berpendidikan tinggi ini juga masih kurang,”ujarnya.
Koni melanjutkan, sejak 2006 itu, bisa dikatakan puluhan orang penderita TBC di Desa Tegalluar, yang pernah didampinginya untuk menjalani pengobatan hingga menjalani perawatan di Rumah Sakit Rotinsulu di Ciumbuleuit Kota Bandung. Para penderita TBC ini, mereka banyak juga yang berhasil disembuhkan. Tapi dengan catatan, si penderita memiliki keinginan kuat untuk sembuh dan mau menjalankan semua tahapan pengobatan.
“Yah, terkadang ada juga penderita yang malas berobat sehingga berujung kematian karena terlambat mendapatkan pengobatan yang tepat. Seperti beberapa waktu lalu salah seorang warga RW 10 yang saya antar, meninggal dunia karena terlambat melakukan pengobatan,”kata dia.
Penyakit berbahaya ini, imbuh Koni bisa dikatakan menyerang tanpa pandang bulu. Sehingga tak hanya diderita oleh orang tua saja, melainkan banyak juga anak-anak yang mengidap penyakit tersebut. Ini terjadi karena masih kurangnya kepedulian masyarakat terhadap bahaya TBC serta kurangnya kasadaran terhadap kebersihan lingkungan.
“Belakangan ini saya memang sudah agak jarang mengantar warga berobat ke rumah sakit. Karena sekarang lagi konsen pada kegiatan lain. Tapi saya yakin masih ada, karena sifat dari penyakit ini menular. Dan pola hidup masyarakatnya tidak berubah secara signifikan,” tuturnya.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, dr Riantini mengklaim jika semua puskesmas di Kabupaten Bandung sudah siap untuk memberikan pengobatan bagi para penderita TBC.
“Semua dokter dan perawat sudah siap dalam penanganan penyakit TBC serta analis yang sebagian sudah terlatih,” kata Ria, sapaan Riantini.
Untuk korban meninggal dunia akibat penyakit TBC di Desa Tegalluar ini, imbuh Ria, harus dipastikan lebih dahulu apakah mereka meninggal akibat penyakit tersebut. Untuk itu pihaknya bersama para analis akan segera mendatangi tempat tersebut untuk mengecek kondisi kesehatan para warga apakah terkena penyakit TBC melalui pemeriksaan dahak.
“Kami akan segera melakukan pengecekan ke sana. Apakah benar penyebab kematian beberapa warga itu akibat TBC atau bukan. Selain itu, kami juga akan pastikan apakah benar di sana warganya masih ada yang mengidap TBC. Pemeriksaan harus dilakukan dengan mengambil sample dahak orang yang diduga,” terangnya.