CILENGKRANG – Sudah hampir tiga bulan Candra Supriatna dan Candra Supriyadi, bayi kembar siam dempet perut, warga Cilengkrang, Kabupaten Bandung, terpaksa ditinggalkan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Kota Bandung oleh orangtuanya.
Karena keterbatasan biaya operasi pemisahan, operasi belum bisa dilakukan karena masih menunggu hasil rapat tim dokter untuk menyusun kerangka operasi pemisahan bayi tersebut. Mengingat meskipun terdapat dua jantung di dalam tubuh bayi kembar siam itu, namun hanya ada satu kantung saja dan tulang rusuk keduanya menyatu. Kini kondisi bayi masih belum stabil dan mengidap gangguan pernafasan. Orang tua bayi hanya bisa berharap agar Pemerintah Kabupaten Bandung bisa segera turun tangan untuk membantu dan meringankan beban operasi pemisahan.
Ibundanya,Ny Wasmini (34) tampak beraktivitas seperti biasa saat ditemui di kediamannya Kp. Pasirkunci RT 01 RW 08 DesaCipanjalu Kec.Cilengkrang Kab.Bandung, Selasa (19/9/17). Ia sedang mensortir hasil panen sayuran kangkung.
Bayi kembar yang dilahirkan hasil dari pernikahannya dengan Lili itu lahir pada 4 Juli 2017. Proses operasi pemisahan tubuh bayi sempat akan dilakukan oleh pihak RSHS beberapa waktu lalu. Namun niat tersebut terhambat karena peralatan milik RSUD Jawa Barat ini sedang dalam keadaan rusak. Bayi kembar ini kini masih menunggu kepastian operasi pemisahan dapat dilakukan di rumah sakit lain. Kini kondisi bayi tidak stabil karena mengidap gangguan pernafasan.
Sang ibu, Wasmini merasa tidak sanggup untuk memindahkan bayi kembarnya tersebut ke rumah sakit lain karena keterbatasannya biaya. Bahkan untuk keperluan sehari-hari seperti membeli beras pun masih dinilai belum cukup. Wasmini hanya bisa berharap ke Pemkab Bandung agar dapat membantu dan meringankan beban keluarganya.
“Kondisi ade sekarang belum stabil masih dipasang oksigen bantu alat nafas. Ngga tau dioperasinya kapan karena harus nunggu stabil dulu bayinya,” kata Wasmini. Kemungkinan menurutnya tidak akan dioperasi di RSHS. Sekarang tim dokter lagi berpikir gimana caranya untuk memisahkan bayi.
“Belum ada bantuan, baru dari Pak Camat. Ini udah mau tiga bulan sejak lahiran 4 Juli 2017. Ya, saya berharap pemerintah jangan melalaikan lah, kan saya orang tak punya. Buat sehari-hari, buat beras aja susah. Apalagi buat ke rumah sakit ongkos kesana kesini. Jadi mohon pada pemerintah untuk minta bantuannya,” ungkap Wasmini.
Pasangan suami istri Lili dan Wasmini ini sehari-hari bekerja sebagai petani dan buruh bangunan, dengan penghasilan hanya Rp500 ribu saja perbulannya. Keluarga ini sudah memasrahkan operasi pemisahan dan pengobatan sang buah hati kepada BPJS Kesehatan dan berharap sang bayi bisa dioperasi di RSHS. (*)