LEMBANG – Wagub Jabar Deddy Mizwar membuka Pelatihan Manajemen Bencana Tingkat Dasar di Kantor PP Paudni Lembang, Jl. Jayagiri No. 63 Lembang, Kab. Bandung Barat, Selasa (11/10/16). Pelatihan tanggap bencana yang digelar Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Jawa Barat ini untuk membantu serta mengurangi risiko bencana, khususnya yang terjadi di Jawa Barat.
Pelatihan ini diikuti 100 orang lebih yang merupakan utusan dari Baznas kabupaten/kota se-Jawa Barat, serta unsur mahasiswa dan pemuda yang ada di Jabar. Pelatihan ini digelar untuk yang ketiga kalinya dan rencananya akan digelar pula di 10 provinsi lainnya di Indonesia.
Wagub Deddy Mizwar menyambut baik acara pelatihan ini. Melalui pelatihan ini, Wagub pun ingin ada sumber daya manusia (SDM) pengelola bencana yang tidak hanya mampu membantu masyarakat, namun juga bisa memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan.
“Saya kira melalui pelatihan ini harus bisa menjadi duta-duta untuk mengedukasi masyarakat bagaimana menjaga dan melestarikan lingkungan alam di sekitar kita,” harap Wagub.
Pada kesempatan ini, Wagub juga mengajak kepada semua komponen masyarakat untuk meningktakan kesiap-siagaan dan memprioritaskan upaya pengurangan resiko Bencana dengan terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh, mulai dari tahap prabencana, saat bencana, sampai pascabencana.
Selain itu, melalui pelatihan ini Wagub ingin akan semakin meningkatkan wawasan dan keterampilan para peserta sebagai tambahan potensi sumberdaya kesiap-siagaan di Jawa Barat, sehingga Jawa Barat menjadi lebih tangguh dalam penanggulangan dan pengurangan risiko bencana.
“Terkait dengan kesiap-siagaan, penyiapan data sumber daya dan ketersediaan peralatan yang akurat sangat dibutuhkan, agar setiap saat siap dikerahkan untuk memberikan respon cepat dan tepat terhadap bencana, terutama pada masa tanggap darurat atau 72 jam pertama,” ujar Wagub.
Ketua Baznas Jawa Barat Arif Ramdani mengatakan, pihaknya meskipun berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat, Baznas juga ingin memiliki kontribusi secara langsung membantu masyarakat yang terkena bencana. Baznas Tanggap Bencana sendiri baru di-launching pada Ramadhan 1437 H.
Untuk itu, lebih lanjut Arif mengatakan dengan adanya pelatihan ini diharapkan akan terbentuk tim yang mampu membantu masyarakat yang terkena bencana, baik ketika bencana terjadi ataupun pascabencana.
“Jadi mudah-mudahan peserta pelatihan mampu mendistribusikan bantuan yang masuk untuk para korban bencana (manajemen distribusi bantuan) karena beberapa kejadian ada bantuan yang terlalu banyak bahkan ada yang ditolak,” kata Arif dalam sambutannya.
Melalui pelatihan ini diharapkan para anggota Baznas Tanggap Bencana juga memiliki fungsi keagamaan, bisa memberikan spirit, motivasi sosial, serta berfungsi untuk membentengi aqidah para korban bencana dari hal atau keyakinan yang menyimpang.
Arif pun meminta kepada Baznas Tanggap Bencana agar bisa hadir secepat mungkin di lokasi bencana. “Kalau bisa tidak lebih dari 10 menit kita bisa sudah hadir di lokasi. Karena baznas ini sudah hadir di setiap kabupaten/kota dan sudah ada juga UPZ-UPZ (Unit Pengumpul Zakat) di setiap desa,” harap Arif.
Menurut data BNPB, sepanjang 2016 ini banjir menempati urutan tertinggi kejadian bencana di Indonesia, yaitu mencapai 34,3%, tanah longsor 23,1%, puting beliung 27%, serta kebakaran hutan dan lahan sebesar 10%.
Provinsi Jabar sendiri termasuk daerah merah atau memiliki jumlah kejadian tinggi, yaitu sebanyak 238 kejadian (meningkat dari tahun 2015 sebanyak 221 kejadian), dengan jumlah korban tercatat sebanyak 66 orang meninggal, 23 orang hilang, 68 orang terluka, 36.673 mengungsi, 76.474 terdampak, 1.668 rumah rusak berat, dan 2.264 rumah rusak ringan.