SOREANG – Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) atau lomba baca kitab kuning bukan sekadar lomba untuk memperebutkan juara, melainkan harus menjadi penyebaran nilai-nilai keislaman.
“Selain itu melalui MQK yang diikuti para santri, pemahaman dan pengamalannya harus bisa melahirkan kader ulama berkualitas,” tandas Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH,S.Ip.,M.Ip saat membuka MQK ke-VII tahun 2018 tingkat Kabupaten Bandung, di Gedung Moch. Toha Soreang, Senin (12/11/18).
“Jadi, MQK ini jangan hanya ajang lomba saja, tapi menjadi tren mencetak kader ulama milenial masa kini, yang berkualitas, cerdas, pintar memanfaatkan peluang, sekaligus kritis mensyiarkan nilai-nilai ke-Islaman,” ungkapnya.
Lebih lanjut Bupati mengatakan, pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua, berfungsi sebagai pusat pendalaman ilmu agama Islam dalam mempersiapkan kader ulama, mubaligh ataupun ustad.
Menurutnya dalam upaya meningkatkan kembali perhatian dan kecintaan para santri, untuk terus mempelajari kitab kuning sebagai sumber kajian ilmu agama, MQK bisa menjadi momentum yang memotivasi.
“Saya harap MQK ini bisa memicu dan memotivasi para kader ulama ini, untuk lebih semangat lagi mempelajari kitab kuning. Menerjemaahkannya, memahami maknanya, menghayati kemudian disebarkan kepada seluruh umat Islam,” ucap Bupati di hadapan ratusan peserta MQK.
Selain mensyiarkan, para santri harus mampu mengimplementasikan maknanya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi tauladan. “Bagaimana kitab kuning diaplikasi, diterjemahkan, sesuai dengan perkembangan zaman, namun tetap konsisten dalam koridor yang benar,” tuturnya.
Bupati berharap pula, para santri berprestasi asal Kabupaten Bandung bisa terus melaju pada MQK tingkat provinsi hingga nasional. Dari jumlah penduduk Kabupaten Bandung yang mencapai 3,6 juta jiwa, potensi santri berprestasi sangat tinggi. Untuk itu, kehadiran ponpes harus menjadi lokomotif mencetak, membina dan mempersiapkan kadernya untuk pembangunan daerah.
Kepala Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Bandung Dah Saepuloh menyebutkan, pelaksanaan MQK akan dipusatkan di Pondok Pesantren Yamisa Kecamatan Soreang, dari tanggal 13 hingga 15 November 2018, dengan diikuti sekitar 350 peserta putra dan putri dari 7 daerah pembangunan.
“Akan ada 11 cabang lomba, diantaranya fikih, tafsir, hadist, akhlak, lughah, balaghah, ushul fikih, tarikh, tauhid, dan debat. Setiap cabang ada dua kelompok pendidikan yakni jenjang ula/awal dan wusta,” kata sebut Dah Saefullah.
Dari 27 kabupaten/ kota yang ada di Jawa Barat, lanjut Dah, hanya Pemkab Bandung, sebagai satu-satunya pemerintah yang menjadikan MQK dan MTQ sebagai program yang dianggarkan. “Kami sangat berterima kasih, karena hanya Pemkab Bandung yang pelaksanaan MQK dan MTQ menjadi program pemerintah yang didanai APBD,” ucapnya.
Selain pengalokasian anggaran dan menjadi program pemerintah, dalam pelaksanaan MQK, Bupati Bandung beserta jajarannya ikut mendukung dan mendorong keberhasilan prestasi MQK para santri.
“Untuk itu, animo para santri peserta MQK sangat tinggi. Hal ini akan memicu kemampuan peserta untuk menyuguhkan prestasi mengharumkan nama daerah. Mudah-mudahan prestasi juara dua tahun lalu bisa menjadi acuan untuk lebih baik lagi, dan kita targetkan juara umum di Jabar,” pungkas Dah. ***