SOREANG – Data Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2013, Kabupaten Bandung saat ini berada di peringkat 11 sebagai daerah rawan terjadi bencana di Provinsi Jawa Barat. Hal itu mendorong Bupati Bandung H. Dadang M Naser, SH, S.Ip, M.Si untuk mengintruksikan seluruh pihak dan masyarakat agar selalu waspada terhadap segala risiko yang ada.
“Kita ini termasuk daerah yang rawan bencana, jadi semua pihak harus siaga dan waspada. Sejak sebelum terjadi bencana harus diberikan edukasi, sosialisasi dan mitigasi. Saat terjadi bencana, harus respon cepat, dan pasca bencana digencarkan pemulihan segala aspek,” ungkap Bupati saat Apel Siaga Bencana Tingkat Kabupaten Bandung bersama BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Bandung di Bale Rame Sabilulungan Soreang, Kamis (21/12/17).
Menurut Bupati, upaya mengurangi resiko bencana sangat relevan bila dikaitkan dengan fungsi pemerintah, yakni memberikan perlindungan kepada masyarakat, termasuk didalamnya melakukan upaya dampak terhadap resiko bencana.
“Penanggulangan bencana bukan hanya tugas pemerintah saja, tapi semua pihak yang didalamnya ada masyarakat dan dunia usaha, ” tandasnya.
Dadang menegaskan, apel siaga bencana tersebut harus dijadikan wahana untuk makin mengukuhkan koordinasi, konsolidasi dan komunikasi semua pihak. Khususnya terkait kesiapsiagaan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana.
“Bagi BPBD Kabupaten Bandung, apel siaga bencana ini merupakan momentum untuk mengevaluasi kegiatan apa saja yang telah dilakukan selama ini, baik dalam mengecek kesiapan dan kekuatan personil, peralatan, logistik, sarana dan prasarana pendukung,” ungkapnya.
Ia berharap, masyarakat yang berada di daerah rawan bencana bisa melakukan penanggulangan bencana secara mandiri, tanpa harus menunggu pertolongan petugas. Dengan begitu bisa meminimalisir risiko yang ditimbulkan dari bencana yang terjadi.
“Masyarakat yang tinggal di daerah rawan, harus siaga bencana. Tim komunitas, relawan maupun masyarakatnya bisa lebih cepat melakukan penanganan, ketimbang harus menunggu petugas. Edukasi seperti ini juga diupayakan agar ketika ada bencana mereka tidak panik, tetap tenang hingga tidak menjadi korban saat terjadi bencana,” terangnya.
Selain gempa bumi dan tanah longsor, banjir jadi konsentrasi bagi Pemkab Bandung. Di kabupaten Bandung sendiri daerah rawan bencana banjir ada 16 kecamatan, longsor 24 kecamatan, puting beliung ada di beberapa kecamatan yang menjadi langganan dan setiap tahunnya bergeser 1-2 km ke tempat yang lainnya.
“Banjir bukan bencana lagi, tapi sudah menjadi musim banjir, itu mesti ditangani dengan baik dari DAS-nya, dari hulu sampai hilir dan itu harus konkrit bagaimana keterlibatan stakeholder yang ada terutama dari BBWS, aparatur pusat dari provinsi dari masyarakat tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon sembarangan itu juga hal yang mesti diajarkan,” tandas Dadang.
Kepala BPBD Kab.Bandung Tata Irawan S, M.Si menjelaskan Apel Siaga Bencana ini dilaksanakan untuk menyikapi bencana yang terjadi di Kabupaten Bandung. Dengan diadakan apel ini diharapkan kesiapsiagaan terbangun antara tiga pilar sesuai lambang BPBD segitiga biru yakni pemerintah masyarakat, dan dunia usaha.
“Integrasi untuk terbangunnya kesiapsiagaan bencana, kita lakukan juga dengan jajaran TNI, Polri dan yang lainnya. Itu yang kita ingin perlihatkan kepada masyarakat bahwa kita siap menghadapi bencana. Karena siap menghadapi bencana, maka insyaallah pengurangan risiko akan terjadi,” kata Tata.
Turut terlibat pada giat apel siaga ini dari unsur TNI, Polri, Dishub, Basarnas, semua elemen relawan, penggiat kebencanaan, termasuk mahasiswa dan anak-anak sekolah, sekitar 1.500 orang. Apel dihadiri pula Ketua DPRD Kab.Bandung Ir. H.Anang Susanto, M.Si. Dandim 0609 Letkol Andre Wira K, S.Ap. M, Si. dan Kajari Bandung Toto Sucasto.