BALEKOTA – Cegah mewabahnya difteri, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung akan melaksanakan Outbreak Response Immunization (ORI) di 4.466 pos vaksinasi se-Kota Bandung. Pelaksanaan ORI tersebut melibatkan 1.742 tenaga kesehatan dan 11.396 kader mulai Februari.
ORI adalah program pemerintah pusat untuk menanggulangi wabah penyakit difteri. Penyakit yang disebabkan bakteri Corynebacterium Diptheriae itu telah merenggut puluhan korban jiwa setidaknya di 20 provinsi di Indonesia.
Di beberapa daerah, wabah difteri telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), sehingga harus dilakukan penanganan segera. Sementara di Kota Bandung tidak dikategorikan sebagai KLB. Di tahun 2017 tercatat ada 9 kasus difteri dengan 1 orang meninggal dunia.
“Meskipun di Kota Bandung bukan termasuk KLB, tapi kita tetap ditunjuk untuk dilaksanakan ORI. Karena Kota Bandung ini kota persinggahan yang padat penduduk dan mobilitasnya tinggi. Sehingga kita dipandang perlu untuk melaksanakan ORI. Apalagi banyak orang yang datang ke Kota Bandung,” tutur Kepala Dinkes Kota Bandung Rita Verita saat Bandung Menjawab di Media Lounge Bale Kota Bandung, Selasa (30/1/18).
Rita menerangkan difteri ini termasuk kategori reemerging disease, artinya penyakit ini pernah berhasil ditekan. Namun akhir-akhir ini kasus tersebut kembali merebak. Di Kota Bandung, setiap tahun selalu ada yang terjangkit difteri, tetapi tidak pernah banyak. Itulah mengapa di Bandung ini bukan KLB.
Untuk memutus rantai penularan, menurunkan jumlah kasus difteri, dan mencegah penyebaran penyakit tersebut, Dinkes akan memberikan vaksin kepada 692.740 anak usia 1 sampai kurang dari 19 tahun. Pada pelaksanaannya, Dinkes bekerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk melakukan imunisasi di 2.167 sekolah, juga di 2.049 Posyandu, dan 250 pos pelayanan lainnya, termasuk di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Anak Jalanan.
Imunisasi akan dilaksanakan selama tiga putaran. Putaran pertama akan dimulai Februari sampai Maret 2017. Dosis kedua akan diberikan pada bulan Juni sampai Juli 2018, dan pemberian vaksin terakhir akan dilakukan pada bulan Desember 2018 sampai Januari 2019.
“Pemberian vaksin ini akan dilakukan menyeluruh, tanpa memperhatikan riwayat vaksin sebelumnya. Jadi meskipun ada orang yang sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap, tetap kita lakukan ORI,” terang Rita.
Ia menambahkan, “Saat ini kami masih menunggu pasokan logistik dari pemerintah pusat yang terdiri dari vaksin, jarum suntik, dan safety box untuk membuang limbah-limbah medisnya.”
Pihaknya menargetkan, keterpenuhan vaksinasi ini bisa mencapai minimal 92% untuk bisa mencegah wabah tersebut terus berkembang. “Kalau Universal Coverage Immunization Kota Bandung sebetulnya sudah sangat baik, sudah mencapai 95%,” sebut Rita.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat di luar kelompok umur yang ditargetkan ORI, tetap bisa melakukan vaksinasi. Warga yang ingin diberi imunisasi difteri bisa menghubungi Puskesmas terdekat atau datang langsung ke Klinik Imunisasi Biofarma dengan biaya kurang lebih Rp100 ribu.
“Untuk menjaga agar seluruh rangkaian kegiatan ORI dapat berjalan baik dan sesuai target, kami mohon bantuan dan kerjasama dari berbagai intansi lintas sektor untuk membantu pelaksanaan kegiatan ORI tersebut, agar masyarakat Kota Bandung pada umunya dan anak-anak kita di kota Bandung ini pada khususnya dapat terhindar dari penyakit difteri, karena dengan adanya difteri ini akan merugikan kita semua,” tutupnya.[]