MAJALAYA, Balebandung.com – Penemuan Makuta Ulun Umbul di Kampung Leuwidulang, Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, tepatnya di sekitar komplek SMA Pasundan Majalaya pada 2009, masih menyisakan tanda tanya.
Apakah benar mahkota tersebut merupakan meninggalan Raja Majapahit ke-4 Hayam Wuruk, ataukah Makuta Umbul Majalaya atau Camat Majalaya semasa Kabupaten Bandung masih bernama Tatar Ukur dengan pemimpinnya kala itu Dipati Ukur.
Namun satu hal yang pasti tercatat sejarah berdasar data primer adalah Raja Hayam Wuruk mangkat pada 1389 di Tajung, Mojokerto, Jawa Timur. Kemudian Hayam Wuruk di dharmakan di Candi Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur. Setelah Hayam Wuruk mangkat, Raja Majapahit diganti oleh menantunya bernama Wikramawardhana.
Kendati begitu, sejarawan yang juga Ketua Program Studi Sejarah Kebudayaan Agama Islam, Asep Ahmad Hidayat menuturkan, memang ada keterkaitan erat antara Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Sunda, seperti Kerajaan Galuh.
Pada masa Raja ke-4 Hayam Wuruk, kata Asep, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Di antaranya menaklukan Samudera Pasai, Kerajaan Sriwijaya di Kalimantan dengan bantuan dari bala tentara Kerajaan Galuh dan penaklukan terhadap Kerajaan Bali.
Berdasar naskah Wangsakerta dari Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara, Hayam Wuruk lahir pada 1334 Masehi, yang merupakan anak daripada Rakyan Jayadarma (Raja Ketiga Majapahit) dan ibunya adalah Diah Lembu Tal atau Sri Kertawardhana alias Cakradhara yang bergelar Tribhuwana Tunggadewi.
Ibunya adalah putri dari Raden Wijaya, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Majapahit yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana. Raden Wijaya sendiri berdasar Naskah Wangsakerta ia keturunan dari kerajaan Sunda yaitu Kerajaan Galuh.
“Jadi apa hubungannya kalau begitu? Kalau dilihat dari segi bahasa, ditemukannya Makuta Ulun Umbul di Majalaya yang diduga milik Hayam Wuruk, hal itu bisa saja itu menjadi informasi baru,” kata Asep.
Hanya saja sejarah mencatat, Hayam Wuruk mangkat pada 1389 kemudian di dharmakan di Candi Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur. Setelah Hayam Wuruk mangkat, Raja Majapahit diganti oleh menantunya bernama Wikramawardhana.
“Jadi, penemuan Makuta Ulun Umbul itu perlu ada penelitian lebih lanjut baik para ahli sejarah atau para arkeolog, serta sumber-sumber primer lainnya. Tradisi lisan memang bisa menjadi sebuah sejarah, apabila didukung oleh tulisan dan sumber-sumber lain yang bersifat primer,” jelas Asep.
Sebab dalam tradisi tutur yang diyakini masyarakat setempat, dikisahkan setelah Gajah Mada mangkat atau moksa setelah Perang Bubat, Hayam Wuruk kemudian mencari Dyah Pitaloka di Tatar Sunda. Hingga akhirnya sampailah Hayam Wuruk di Majalaya.
Dikisahkan pula secara tutur, mengapa Gajah Mada Pada tidak setuju Hayam Wuruk untuk menikahi Dyah Pitaloka tau Citraresmi, karena Dyah Pitaloka dianggap masih satu darah keturunan Kerajaan Sunda.***
Adakah Jejak Raja Majapahit Hayam Wuruk di Majalaya Bandung?