CIMAHI – DPD Golkar Jawa Barat menegaskan pengurus dan kader Golkar kedepannya harus semakin dekat dengan rakyat. Oleh karenanya, kegiatan formal akan terus dikikis demi mencairkan hubungan dengan konstituennya.
“Kami akan membangun kultur baru. Karena warga hari ini sudah jenuh dengan cara berpolitik yang terlalu elitis. Kami menggagas gerak kultural dengan rakyat sehingga suasana hubungannya menjadi lebih cair,” kata Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi saat Safari Budaya 52 tahun Partai Golkar di Lapangan Cibaligo, Kota Cimahi, Sabtu (22/10/16). Safari Budaya ini dihadiri ribuan warga dari berbagai penjuru Cimahi.
Menurut Dedi, melalui Gerakan Safari Budaya yang biasa dilakukannya di sejumlah daerah di Jawa Barat, seringkali banyak mendapati pelajaran bagi para kader Golkar yang kini menduduki posisi strategis baik di eksekutif maupun legislatif.
Sebagai contoh, pada saat gelaran budaya tadi malam, dirinya menemukan seorang warga Cimahi yang setiap harinya bisa hidup dari hasil uang mencari nafkah suaminya sebesar Rp20.000 sebagai kuli panggul di Pasar Antri.
“Bayangkan saja, masih ada warga yang bersyukur dan tidak mengeluh dengan pendapatan sebesar itu. Para elit harus mawas diri dan malu kalau mereka terus-terusan ingin ada kenaikan gaji atau tunjangan jabatan,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya pun secara konsisten terus memberikan jaminan pengobatan bagi pasien tidak mampu. Terakhir di Cimahi, pihaknya menjamin pembiayaan seorang anak hingga sembuh untuk dirawat di Rumah Sakit Cibabat.
“Di Subang kami sekolahkab anak tidak mampu, di Cianjur pun kami menemukan penghuni rumah plastik. Ini menjadi hadiah ulang tahun terindah bagi Golkar Jawa Barat,” ucapnya.
Ketua DPD Golkar Cimahi Itoc Tochija menambahkan, kader Golkar Cimahi punya komitmen untuk mewariskan budaya leluhur. Dengan usianya yang sudah menginjak 52 tahun, tapi Golkar telah sukses merevisi semangat gerakannya yang lebih fokus dalam memperhatikan rakyat.
“Masalah pendidikan dan kesehatan menjadi salah satu fokus yang harus dirasakan langsung oleh rakyat. Hal itu, tidak lantas meninggalkan kultur masyarakat sunda,” kata Itoc.