Jangan Hanya Jadi Juara, Kopi Kab Bandung Kudu Laku di Pasaran

oleh
oleh
Bimtek produksi industri kecil kopi di Jawa Barat, di Hotel Antik Soreang, Sabtu (25/11/17). by Humas Pemkab Bdg
Bimtek produksi industri kecil kopi di Jawa Barat, di Hotel Antik Soreang, Sabtu (25/11/17). by Humas Pemkab Bdg

SOREANG – Predikat kopi juara yang disandang kopi asal Kabupaten Bandung, selama ini tidak menjamin meningkatnya penjualan di pasaran. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Indag) Dra. Hj. Popi Hopipah.,M.Si mengakui pada kenyataannya produk kopi Kab Bandung kalah daya jual.

“Kita akui, ada kebanggan saat kopi milik Kabupaten Bandung selalu menjadi juara. Tapi kenyataannya produk kopi kita salah satunya Java Preanger kalah daya jual dengan kopi yang digunting. Ini berarti ada harus dibuat inovasi perindustriannya, apalagi kita sekrang sudah punya Kampung Gula Aren,” ungkap Popi usai bimbingan teknis produksi industri kecil kopi di Jawa Barat, di Hotel Antik Soreang, Sabtu (25/11/17).

Ia menyebut hanya 7 Kecamatan di Kabupaten Bandung yang tidak menghasilkan kopi. Melalui bimtek tersebut, dengan kerjasama dengan Kementrian Perindustrian, industri produksi kopi di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bandung akan berkembag lebih maju untuk kesejahteraan petani.

“Kami bersama Kementrian Perindustrian akan melatih dan mendamping IKM kopi Kabupaten Bandung. Selama ini petani menghasilkan kopi berkwalitas dan enak, namun saat proses roasting-nya belum benar dan packaging-nya juga tidak menarik, terkadang orang ragu. Saya punya cita-cita ingin mensejahterakan petani kopi,” ungkap Popy.

Hasil pertanian kopi di Kabupaten Bandung yakni 90% kopi jenis arabika dan kebunnya berada di ketinggian 50 hektar. Dengan teknologi saat ini, proses pengelolaan kopi, pengemasan hingga pemasaran akan sangat terbantu.

Menanggapi hal itu, Direktur Direktorat IKM Pangan, Barang dari Kayu dan Furniture Kementrian Perindustrian Dr.Ir Sudarto,MM akan melakukan pembinaan dengan melibatkan komunitas petani agar sasaran untuk peningkatan perindustrian sektor kopi lebih cepat.

“Pembinaan yang kami lakukan melalui pendekatan komunitas, akan lebih efektif produktif dan lebih prospektif. Industri akan mengolah sumber daya alam berbasis pertanian, perkebunan, kelautan, perikanan, dan ESDM,” jelas Sudarto.

Baca Juga  Banjir di Kab Bandung akibat Sungai Citarum Dipenuhi Sampah

Secara teknis, dia mengungkap dengan hadirnya perindustrian akan sangat berpengaruh pada nilai jual. “Begitu diindustrialisasi 1 kali roasting selama 15 menit, jika dimanfaatkan efektif 1 jam bisa 4 kali roasting hasilnya 4 kilo kopi. Kalau ada warkopnya, 1 cangkir 10 gr, 4 kilo bisa menghasilkan 400 cangkir, berapa nilai rupiah yang bisa didapat,” terangnya.

Di Kabupaten Bandung, kata dia, kebun kopi tersebar di berbagai kecamatan yang terletak di dataran tinggi. Mulai dari Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang, Cicalengka, Nagreg, Ibun, Kertasari, Pangalengan, Cimaung, Pasirjambu, Rancabali dan Ciwidey.

“Selain itu, ada juga di Pacet, Soreang, Ciparay dan Arjasari, dengan luas area perkebunan rakyat untuk Kopi Arabika di Kabupaten Bandung, tahun 2014 tercatat sekitar 10.273 hektar dengan produktivitas 1017 kilo per hektar,” sebut Sudarto.

Dengan adanya potensi tersebut, lanjutnya, pada tanggal 22 sampai 25 November 2017 Dirjen IKM (Industri Kecil Menengah) Kemenperin, melakukan pengembangan industri kopi di Kabupaten Bandung melalui peningkatan SDM bidang roasting dan cuping. Sedangkan untuk menjamin kegiatan pertumbuhan penumbuhan kopi diperlukan pembinaan di sektor petani kopi, agar menghasilkan green bean yang berkualitas di Kabupaten Bandung.

Menurut Sudarto, kegiatan serupa juga telah dilakukan di daerah-daerah penghasil kopi unggulan seperti Lampung, Jambi, Sumbawa dan daerah potensial lainnya.

“Saya harap, kegiatan ini dapat mendorong minat masyarakat untuk mengembangkan industri kopi dan menengah. Ke depan kami akan terus melanjutkan berbagai program dan kegiatan, untuk pengembangan iklim kopi di Indonesia dengan fokus pada pertumbuhan wirausaha baru di seluruh sentra potensial yang mempunyai standar kompetensi kerja Nasional Indonesia (SKKNI),” tutupnya.

No More Posts Available.

No more pages to load.