BALEENDAH, Balebandung.com – Beberapa keluarga dari panitia Pemilu yang meninggal dunia saat menjalankan tugas di Kabupaten Bandung, menolak untuk diotopsi. Diantaranya adalah Asep Sujatma dan Ny Siti, orang tua dari Ganjar Faturahman (26), warga Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, yang meninggal saat menjadi Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 55 Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.
Keluarga menyatakan tidak ingin makam anaknya dibongkar untuk proses penyelidikan penyebab kematian, keluarga menyatakan bahwa anaknya meninggal secara wajar.
“Anak ibu meninggal secara wajar karena kecapaian dan memang kondisinya juga sedang banjir. Jadi, ke sana kesininya ke rumah ke TPS harus melalui banjir. Mungkin aja kedinginan atau gimana. Dan ibu ngga setuju jika makam anak ibu harus dibongkar dan diotopsi. Ngga setuju sama sekali, soalnya anak ibu meninggal secara wajar,” tukas Siti, ibu kandung dari almarhum Ganjar.
Ayahnya pun Asep Sujatma, menolak anaknya untuk diotopsi, karena menurut Asep tidak ada yang janggal pada kematian anaknya. “Sama sekali saya ngga setuju, kasihan mayat yang sudah lama harus digali lagi, dikorek-korek. Saya nggak setuju,” tandas Asep.
Ganjar Faturahman merupakan satu dari 11 warga Kabupaten Bandung yang meninggal saat bertugas melancarkan proses penyelenggaraan Pemilu 2019. Setelah dinyatakan meninggal akibat kelelahan, keluarga Ganjar mendapat santunan dari KPU dan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat.***