BANDUNG – Membantu dan menjaga keselamatan atlet angkat beban menjadi tugas utamanya dalam setiap pertandingan, tak kecuali pada Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/ 2016 di Hotel Preanger, Kota Bandung, 18-22 Oktober 2016. Sosok ini disebut loader, figur yang selalu siap siaga di samping dan belakang atlet untuk menjaga agar beban yang diangkat tidak mencederai.
Sebelum lifter masuk arena, loader ini pun harus sudah siap menghitung berapa beban yang akan dipakai. Kecermatan dalam menghitung sangat penting, sebab wasit akan menunggu loader sebelum mempersilahkan atlet atau lifter memulai pertandingan.
Hitungan beban yang dimaksud adalah beban bar atau batang besi, dan cakram beban yang harus diangkat. Juga keran atau kunci, seluruhnya harus terakumulasi ?menjadi jumlah berat yang dipertandingkan sang atlet.
Kondisi itu sebenarnya tak jauh beda dengan pertandingan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) atau kejuaraan angkat beban lainnya. Namun, pada Peparnas atau Paralympic, loader mempunyai tugas yang lebih besar karena jumlah mereka lebih sedikit dan harus lebih cekatan. Apalagi, pertandingan dilakukan oleh seluruh atlet dalam kondisi berbaring.
“Kalau Perparnas kita tiga orang, tengah chief loader dan samping kanan-kiri loader. Kalau PON kemarin enam orang, satu cadangan, dua kanan-kiri. Selain itu, kita punya beban lebih besar, harus sangat cekatan pada Peparnas saat ini,” kata ?Viktor (43), salah satu loader pada Peparnas 2016, Selasa (18/10/16).
Loader lainnya, Dadang Sutisna mengatakan, ?selama pertandingan, tangan dengan telapak terbuka saling bertumpu harus selalu siap menahan beban. Tangan-tangan dengan otot selalu siap sekiranya atlet tak sanggup menahan beban yang sedang diangkat. Bahkan, seorang loader harus mampu membaca, apakah sang atlet mampu menyelesaikan angkatan atau tidak. Bagaimanpun, paralimpian punya keterbatasan.
“Kita harus siap dan rancingeus (siap-siaga) melihat atlet juga, gerakan tangan atau mimik wajah. Akan terlihat jika atlet sudah tidak kuat, kita harus lebih siap-siap. Bahkan tangan biasanya lebih mendekat dengan batang besi, tapi tidak boleh kena karena akan didiskulifikasi sang atletnya,” ungkap Dadang.
Itu pun dirasakan juga oleh Gungun (29), mantan atlet angkat besi yang kini jadi loader. Menurut dia, tugas berat itu yang penting harus dinikmati dengan baik. Meskipun belum pernah mengalami kejadian tak diharapkan selama menjadi loader, dia sempat melihat kawannya yang menjadi korban. Karena sang atlet tak kuat angkat beban, maka dibantingkan barbel yang diangkatnya. Maka, temannya jadi ikut terbanting alat berat tersebut bersama sang atlet.
“Itu saat PON kemarin, kalau Peparnas selama jadi loader aman. Mudah-mudahan tak terjadi hal yang tak diinginkan. Namun, kita tetap harus selalu waspada, posisi kaki, tangan, harus dalam posisi aman. Intinya, harus terus waspada dan harus perhatikan keamanan atlet juga,” pungkas pria yang menjadi instruktur fitness ini.