Mandala Institute Gelar Bedah Buku Berbasa Sunda

oleh
oleh
Inisiator Mandala Institute Ahmad Najib Qodratullah saat bedah buku "Ngungudag Guratan Takdir" yang ditulis Dosen STAIPI Ciganitri Bojongsoang, DR Roni Nugraha,M.Ag, di SMP-SMA Al Mukmin, Desa Sukamantri, Kec Paseh, Kab Bandung, Sabtu (27/5). by Mandala
Inisiator Mandala Institute Ahmad Najib Qodratullah (kanan) saat bedah buku “Ngungudag Guratan Takdir” yang ditulis Dosen STAIPI Ciganitri Bojongsoang, DR Roni Nugraha,M.Ag, di SMP-SMA Al Mukmin, Desa Sukamantri, Kec Paseh, Kab Bandung, Sabtu (27/5). by Mandala

BOJONGSOANG – Mandala Institute menggelar bedah buku “Ngungudag Guratan Takdir” yang ditulis Dosen STAIPI Ciganitri Bojongsoang, DR Roni Nugraha,M.Ag, di Masjid PP Persis Ciganitri, Desa Cipagalo, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Minggu (28/5/17).

Sebelumnya, Sabtu (27/5), acara serupa pun digelar di SMP-SMA Al Mu’min, Desa Sukamantri, Kecamatan Paseh yang turut dihadiri inisiator Mandala Institute Ahmad Najib Qodratullah.

Buku yang sarat motivasi dan menyampaikan pesan dalam melawan kemustahilan tersebut ditulis dalam Basa Sunda. Sebab penulisnya ingin lebih mengkampanyekan budaya literasi ke pelosok kampung. Lebih dari itu Roni pun menilai literasi sunda saat ini malah makin berkurang dan masih sedikit orang yang gemar membaca buku. Akibat kegalauannya itu, maka terpaksa ia pun menulis buku berbasa Sunda untuk melestarikan basa Sunda.

“Basa Sunda yang saya pakai di buku saya itu disebutnya basa loma atau bahasa pergaulan sehari-hari agar lebih mudah dicerna dan tidak njlimet. Dengan mudah dibaca kan bisa meningkatkan minta baca bagi masyarakat,” kata Roni kepada Balebandung.com usai bedah buku yang dihadiri ratusan peserta ini.

Dengan mengangkat kisah nyata hidupnya sendiri, Roni ingin berbagi pengalaman hidup yang dilengkapi dengan kajian tafsir di setiap realitas kehidupan yang ada di sekitar kita.

bb-njb-buku-majalaya2Sedikitnya Roni menyebut ada dua buku berbasa sunda yang sudah diterbitkannya dengan dana sendiri yakni Santri Badeur dan Ngungudag Guratan Takdir-Tukang Beca Jadi Doktor. Menurut Roni buku Ngungudag Guratan Takdir sebenarnya sudah dilucurkan pada Juni 2016 bertepatan dengan bulan Romadhon.

“Sejak launching sebenarnya saya sudah banyak mengkampanyekan budaya literasi melalui bedah buku Ngungudag ini di berbagai daerah di Jawa Barat, selain saya menjualnya secara online. Nah, tahun ini, Kebetulan saya mendapat dukungan dari Mandala Institute, maka pada Romadhon tahun ini saya kampanyekan lagi di 10 titik di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat,” ungkap Roni.

Baca Juga  Komisi XI Minta Pemerintah Jaga Pasokan Logistik

Karenanya Roni mengaku sangat mengapresiasi Mandala Institute yang turut mensponsori roadshow bedah buku di 10 titik di wilayah Kabupaten Bandung ini. Setelah dicetak 2.500 eksemplar, kata Roni, inisiator Mandala Institute Ahmad Najib Qodratullah bahkan bersedia menggelontorkan dana untuk mencetak 1.000 eksemplar buku Ngungudag setebal hampir 500 halaman itu untuk dibagikan saat sosialisasi bedah buku.

“Saya sangat mengapresiasi kepada Kang Najib yang sudah concern menumbuhkembangkan minat baca literasi buku berbasa Sunda yang memang minat baca buku saat ini makin berkurang. Bukan terhadap buku berbasa Sunda saja, untuk buku berbahasa Indonesia pun minat bacanya juga kurang,” ungkap Roni.

Ia berharap melalui roadshow bedah buku Ngungudag ini minat baca masyarakat, terlebih terhadap masyarakat di pelosok perkampungan. “Saya tidak berorientasi dakwah di kota sebab di kota sudah banyak yang menggarap. Kebetulah saya juga suka asruk-asrukan ke pelosok kampung,” kata dia.

Dosen STAIPI Ciganitri Bojongsoang, DR Roni Nugraha,M.Ag, saat bedah buku "Ngungudag Guratan Takdir", di Masjid PP Persis Ciganitri, Desa Cipagalo, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Minggu (28/5). by iwa/bbcom
Dosen STAIPI Ciganitri Bojongsoang, DR Roni Nugraha,M.Ag, saat bedah buku “Ngungudag Guratan Takdir”, di Masjid PP Persis Ciganitri, Desa Cipagalo, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Minggu (28/5). by iwa/bbcom

Sarat Motivasi
Buku “Ngungudag Guratan Takdir” – Tukang Beca Jadi Doktor, berisi pesan moral seorang ayah yang selalu memberikan semangat kepada anaknya di saat putus asa muncul. Hingga pada akhirnya takdir yang harus dikejar membuat sang anak menancapkan sebuah tekad untuk mewujudkan cita-cita sang ayah.

Ulasan ceritanya sangat khas menyoal sosok perjalanan seorang Roni Nugraha yang semasa duduk di bangku kuliah sempat merasakan ketirnya berprofesi sebagai tukang becak di Panyileukan, Cibiru, Kota Bandung, sebelum akhirnya menyelesaikan studinya hingga bergelar doktor.

“Ya, sewaktu kuliah S1 STAIPI, saya pernah merasakan bagaimana ketirnya menjadi seorang tukang becak. Waktu itu saya tidak sendirian, namun ada tiga mahasiswa lainnya ikut narik becak juga,” kenang Roni.

Terlebih pula buku yang sepenuhnya menggunakan bahasa sunda ini berisi dengan banyak pesan moral yang didapatkan dari sebuah perjalanan hidup. Menurut Roni Nugraha penulisan buku ini terinspirasi oleh ayahnya yang selalu mengajarkan dan menasehati banyak hal hingga membawa dirinya bisa sukses dan hidup lebih baik dari sebelumnya.

Baca Juga  Gagal 3 Besar STQH, PAN: Jabar Juara Hanya Wacana

“Salah-satunya seperti saat bapak saya mengatakan takdir itu jangan dipikirkan, karena kalau terus dipikirkan kita tidak akan bisa keluar dari takdir yang buruk,” tuturnya.

Roni juga menyampaikan pesan inti dari buku tersebut. “Pesan dalam buku itu, hidup jangan putus asa, semua pasti ada jalan dan harus dihadapi dengan optimitis. Yakinlah tetap ada jalan walau susah,” tambah Roni.

No More Posts Available.

No more pages to load.