Menyelamatkan Tekstil Majalaya yang Makin Redup

oleh
oleh
Wakil Ketua Dekranasda Jawa Barat Giselawati Mizwar saat Pelatihan Peningkatan Kualitas Teknis dan Visual Kain Tenun ATBM, di Kantor Sub UPT Industri Pertekstilan Majalaya, Jl. Raya Majalaya - Rancaekek KM 3 Solokanjeruk, Kabupaten Bandung, Kamis (28/9/17). by Humas Pemprov Jabar
Wakil Ketua Dekranasda Jabar Giselawati Mizwar saat Pelatihan Peningkatan Kualitas Teknis dan Visual Kain Tenun ATBM, di Kantor Sub UPT Industri Pertekstilan Majalaya, Jl. Raya Majalaya – Rancaekek KM 3 Solokanjeruk, Kab Bandung, Kamis (28/9/17). by Humas Pemprov Jabar

MAJALAYA – Pada pameran bahan tradisional di JICC Senayan Jakarta, beberapa designer menjadi bapak angkat dan mencari bahan-bahan yang bagus dengan motif tradisional Indonesia. diantaranya bahan sutra tenun tradisional yang diekspor ke Jepang. Peluang ini bisa untuk memberdayakan pengrajin sarung tenun di Majalaya.

Industri tekstil Majalaya merupakan penterjemahan dari kebijakan di negeri ini yang tidak berpihak pada masyarakat banyak. Bagaimana melakukan restrukturisasi permesinan, reorientasi market dan business strategy, pemberdayaan SDM, perbaikan sistem dan permodalan serta pendampingan untuk perbaikan jangka panjang.

Segmen market harus digarap simultan, selain produk hasil ATM, kejayaan Majalaya juga bisa dibangkitkan dengan tenun ATBM yang kini makin terpinggirkan. Saat ini memang ada produk kain sutera di Majalaya, namun selama benangnya import dari Cina (spansilk sintetis), ya, akan sulit berkembang.

Harus ada upaya untuk melakukan substitusi import, diantaranya dengan upaya budidaya ulat sutra dengan pemanfaatan lahan di sekitar Majalaya untuk pemenuhan pakannya berupa daun murbai.

Masih teringat di periode tahun 80-an ada Aki H. Alim dari Desa Loa, Kecamatan Paseh yang sudah mencoba untuk melakukan budidaya ulat sutera. Namun karena tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, ya kollaps lagi. Padahal selama ini para petenun ATBM dari Majalaya yang selalu diincar para pengrajin kain tenun sutera di berbagai tempat, karena terkenal kepiawaiannya.

Nilai jual kain sutera akan lebih tinggi kalau sudah menjadi kain batik. Apalagi kalau Majalaya punya motif batik sendiri yang khas. Sehingga selain upaya menyelamatkan industri sarung Majalaya, harus ada grand desain untuk mengangkat kembali kejayaan kain tenun ATBM, di mana itu akan menjadi salah satu daya tarik wisata dan edukasi.

Baca Juga  Sekda Cakra Amiyana: Duta Pajak Harus Jadi Agen Sosialisasi dan Digitalisasi Pajak

Sebab selain menggunakan bahan alami dan melalui proses manual juga ramah lingkungan, karena pencelupan warnanya juga menggunakan bahan alami seperti daun galinggem, daun waru dan sebagainya. Hasilnya ? Mungkin satu lembar kain batik sutera akan ekivalen dengan beberapa kodi kain sarung. Nilai jual produk harus digarap di semua segmen. by Denni Hamdani

No More Posts Available.

No more pages to load.