Selasa, November 26, 2024
spot_img
BerandaBale JabarMiéling Raden Machjar Angga Koesoemadinata

Miéling Raden Machjar Angga Koesoemadinata

IKPM Jawa Barat Yogyakarta

Balebandung.com – Sebagai bentuk penghargaan terhadap seorang seniman dan musikolog Sunda, Raden Machjar Angga Koesoemadinata, IKPM Jawa Barat Yogyakarta menggelar Gunem Catur Sanggar Seni Kujang yang bertajuk “Miéling Raden Machjar Angga Koesoemadinata: Membaca Pemikiran dan Aktivitasnya”.

Diskusi yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa ini digelar di Paséban Agung Cakrabuana Asrama Putra Kujang Jl. Pengok Kidul no 14 Baciro, Gondokusuman Yogyakarta, Rabu (11/12/19).

Raden Machjar Angga Koesoemadinata (RMAK), lahir di Sumedang tanggal 7 Desember 1902. RMAK dikenal sebagai seniman, pencipta lagu-lagu Sunda, (etno)- musikolog Sunda, pengajar musik, ahli teori karawitan Sunda, terutama sebagai pencipta sistem notasi Daminatila, dan penemu sistem 17 tangga nada Sunda.

Bentuk kegiatan Gunem Catur Sanggar Seni Kujang ini adalah tadarus buku (e-book) Raden Machjar Angga Koesoemadina, Pemikiran & Aktivitasnya Dalam Dunia Karawitan Sunda, karya Heri Herdini terbitan Sunan Ambu Press STSI Bandung tahun 2007 dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh Vicqy Hikmatul Qur’an.

“Harus saya akui, saya bukan pembaca buku yang baik. Terkadang untuk membaca satu bab pun berat rasanya. Tapi dengan cara tadarus atau membaca buku secara keroyokan mungkin bisa terasa lebih ringan. Maka dari itu tadarus buku dan diskusi ini digelar. Cara seperti ini kami adopsi dari AARC dan Seratpena,” kata Dika Dzikriawan, Ketua LSO Sanggar Seni Kujang IKPM Jawa Barat Yogyakarta.

Karena kebetulan Desember ini adalah bulan kelahiran Pak Machjar, maka kegiatan ini juga sengaja digelar oleh LSO Sanggar Seni Kujang IKPM Jawa Barat Yogyakarta sebagai bentuk penghargaan kepada beliau atas karya-karyanya terutama sistem notasi Daminatila, yang kebermanfaatannya dapat kita rasakan hingga saat ini.

“Kegiatan semacam ini perlu terus kami galakkan. Harapannya LSO Sanggar Seni Kujang IKPM Jawa Barat Yogyakarta tidak hanya sebagai wadah untuk berekspresi, tetapi juga wadah untuk mengembangkan wacana terkait seni secara luas.” ujar Dika.

Menurut daftar World’s Most Literate Nations Ranked tahun 2016 keluaran Central Connecticut State University, Indonesia menduduki peringkat ke 61 dari 62 negara dalam peringkat literasi khususnya minat baca. Artinya minat membaca warga Indonesia masih sangat rendah. Maka dari itu perlu adanya upaya kreatif guna meningkatkan minat baca.

Dharama Kusumah XXI/Ketua IKPM Jawa Barat Yogyakarta, Mohammad Banin menjelaskan, kegiatan ini selain didedikasikan untuk sosok Raden Machjar Angga Koesoemadina juga sebagai upaya dalam membangkitkan minat baca. Di samping itu kegiatan seperti ini juga sebagai wawasan tambahan yang tidak akan didapatkan di perkuliahan.

“Mungkin generasi milenial sekarang sudah tidak mengenal sosok Raden Machjar Angga Koesoemadinata. Generasi sekarang sudah tidak mengenal tokoh-tokoh Jawa Barat yang inspiratif. Padahal bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawan dan nilai-nilai sejarahnya,” kata Banin.

Sesepuh Adat Sunda di Yogyakarta, Ki Demang Wangsafiyudin menambahkan, meskipun Raden Machjar tidak dinobatkan sebagai pahlawan, tapi Machjar adalah sejarah yang sangat berarti bagi kebesaran Jawa Barat.

“Harapannya melalui kegiatan semacam ini, mahasiwa Jawa Barat yang sedang menimba ilmu di Yogyakarta mendapat wawasan lebih terutama tentang kebudayaan dan keJawaBaratan sebagai bekal hidup di masa mendatang setelah selesai studinya di Yogyakarta,” ucap Ki Demang.

Notasi Daminatia yang diciptakan oleh Machjar dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan sarana pencatatan musikal, kebutuhan jati diri (identitas) Sunda, dan kebutuhan akan kreativitas sebagai salah satu jawaban atas kebiasaan oral tradisi.

Lahirnya teori laras tentang rakitan 17 nada oleh Machjar merupakan puncak penelitiannya setelah ia melakukan beberapa kali percobaan menyusun teori laras, baik pelog maupun salendro. Dan patut diakui bahwa dengan munculnya gamelan Ki Pembayun pada saat itu (sekitar tahun 1970-an), harkat derajat bangsa Indonesia dapat terangkat di kalangan dunia internasional.***

spot_img
BERITA LAINYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

TERKINI

spot_img