SOREANG,balebandung.com – Ketua Dewan Pengurus Daerah Perhimpunan Anggrek Indonesia (DPD PAI) Provinsi Jawa Barat Romlah Wikardi menyatakan, bahwa Kabupaten Bandung termasuk potensi angreknya bagus.
“Kita sudah punya sentra anggrek di Pasirjambu. Penganggrek yang aktif di Perhimpunan Anggrek Indonesia juga cukup banyak dari Kabupaten Bandung,” kata Romlah kepada wartawan di sela-sela memberikan edukasi tentang bertani anggrek kepada jamaah majelis taklim Al Fathu Soreang di Green House Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Soreang, Selasa (31/1/2023).
Romlah pun memandang bahwa Kabupaten Bandung yang sudah menjadi destinasi pariwisata. “Itu punya khan bagus kedepannya untuk mengembangkan wisata anggrek,” katanya.
Romlah juga mengaku bersyukur bahwa Hj. Emma Dety Dadang Supriatna sebagai Ketua DPC PAI Kabupaten Bandung, yang juga istri Bupati Bandung memiliki program yang cukup bagus.
“Kita akan membuat semacam kampung anggrek atau desa wisata anggrek yang ada di wilayah Ciwidey. Kemungkinan, kita akan konsen membuatnya di wilayah Pasirjambu yang dekat dengan sentra anggrek,” ujarnya.
Romlah berharap dengan membuat desa wisata anggrek itu, bisa menjadi destinasi wisata anggrek yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan.
“Potensi yang luar biasa ini harus kita kembangkan menjadi yang lebih bermanfaat. Alhamdulillah di kepengurusan DPC PAI Kabupaten Bandung sudah cukup lengkap, selain Ibu Emma Dety sebagai Ketua, juga ada Wakil Ketua 1 Ibu Kepala Dinas Pertanian dan lainnya dalam upaya mewujudkan destinasi wisata anggrek kedepan,” katanya.
Romlah mengungkapkan sosialisasi budidaya anggrek belum masif di Kabupaten Bandung maupun sekitarnya. Sehingga nantinya, Romlah menuturkan, bahwa kepengurusan DPD PAI Provinsi Jawa Barat dan DPC PAI Kabupaten Bandung akan mensosialisasikan budidaya anggrek hingga ke tingkat kecamatan.
“Kita bertahap. Nanti di setiap kecamatan itu dibentuk, semacam koordinator untuk pengembangan anggrek. Nanti kita akan kembangkan terus-menerus, pertama misalnya di Kecamatan Pasirjambu dan dilanjutkan ke kecamatan lainnya,” ujarnya.
Dalam proses pengembangan itu, Romlah mengungkapkan nantinya ada pelatihan-pelatihan bagaimana caranya bertani anggrek.
“Agar nanti di daerah itu bukan hanya tersedia anggrek yang sudah berbunga, tapi anggrek yang kecil juga tersedia. Wisatawan yang datang bisa belajar memelihara anggrek dari anggrek kecil sampai besar,” katanya.
Romlah mengatakan, budidaya anggrek dari sisi ekonomi sudah banyak dipahami dan diketahui oleh banyak orang.
“Anggrek itu terkenal sebagai tanaman hias yang mahal. Memang mahal, karena memang durasi pengurusan anggrek dari kecil sampai ke berbunga itu cukup waktu dari 3 sampai 4 tahun. Berbeda dengan tanaman lain, 6 bulan bisa berbunga dan dijual. Anggrek itu, sirkulasi pengurusannya lama. Itulah yang membuat anggrek harganya cukup bersaing di lapangan. Tetapi bisa menjadi investasi,” jelasnya.***