BALEENDAH – Tumpukan sampah dibiarkan menggunung di depan Pasar Baleendah, Kabupaten Bandung. Bau busuk menyengat bikin tidak nyaman pengunjung dan pedagang pasar.
Tidak adanya tempat pembuangan sampah sementara, mengakibatkan tumpukan sampah menggunung setinggi lima meter dan membuat kumuh area sekitar pasar.
Menurut pedagang, sampah yang menggunung tersebut makin menumpuk sejak empat bulan terakhir. “Sudah empat bulan belum diangkut. Sebelumnya sampah selalu diangkut dua minggu sekali,” kata Yiyi, seorang pedagang Pasar Baleendah, Selasa (11/7/17).
Para pedagang merasa kecewa dengan tidak adanya pengangkutan sampah secara rutin. Padahal uang retribusi untuk kebersihan setiap harinya rutin ditarik. “Bayar kebersihan Rp 3.000 per hari, tapi belum ada pengangungkutan,” keluhnya.
Yiyi mengatakan sampah yang menumpuk tersebut sebagian besar merupakan sampah domestik (rumah tangga) yang sengaja dibuang oleh masyarakat dan pedagang di sekitar Pasar Baleendah.
“Tumpukan sampah itu sangat menganggu dan mengancam kesehatan. Bisa sesak nafas menimbulkan penyakit kalau tumpukan sampah dibiarkan. Saya harap ada keseriusan pemerintah mengangkut tumpukan sampah ini,” ucapnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung, Asep Kusumah mengaku sebelum lebaran pihaknya sudah mengamankan operasi bersih, namun terbentur dengan jadwal pengangkutan, hingga akhirnya sampah di Pasar Baleendah tak kunjung terangkut.
“Memang pasca lebaran sampah selalu meningkat, mengenai armada pengangkutanyan ada giliran dengan Pasar Sayati, Soreang, Majalaya dan Ciparay,” ungkap Asep.
Asep mengimbau kepada masyarakat agar mengubah paradigma tentang buang angkut sampah. Masyarakat diminta lebih memahami pengelolaan sampah, terlebih 40% merupakan sampah organik.
“Pengalolaan sampah berbasis rumah tangga, tiap rumah harusnya punya lubang organik untuk mengatasi permasalahan sampah organik. Karena di undang-undang sudah dijelaskan setiap orang wajib mengurangi sampah,” tandasnya.