
SOREANG – Pemkab Bandung mengklaim 85% drainase di Kecamatan Soreang sudah bagus. Cuma saja Kepala Bagian Infrastruktur Sekretariat Daerah Kabupaten Bandung Achmad Kosasih mengakui drainase tersebut kerap dipenuhi sampah domestik maupun sampah dari Pasar Soreang.
“Sebenarnya drainase di Soreang itu 85 persen sudah bagus. Cuma karena suka dipenuhi sampah, akhirnya selalu tersumbat sehingga tidak bisa menampung air kalau turun hujan deras,” kata Akos, sapaan Achmad Kosasih kepada Balebandung.com, Senin (3/7/17).
Hal itu dikatakan Akos menanggapi banyaknya sampah yang menyumbat saluran drainase di Soreang sebagai pusat pemerintahan atau ibukota Kabupaten Bandung. Seperti tampak di saluran drainase Jalan Terusan Al Fathu, Senin (3/7) siang. Warga sekitar berinisiatif mengurai sampah yang menyumbat dengan alat seadanya. Akibatnya sampah yang menyumbat drainase berserakan di badan jalan.
Leih lanjut Akos menyebut secara fisik pun, infrastruktur drainase di Soreang sudah cukup untuk bisa menampung air dari curah hujan tertinggi. Dengan kedalaman berkisar 30-80 sentimeter dan lebar 60 cm, saluran drainase dianggap mampu menampung air hujan sehingga tidak meluber ke jalan raya, seperti yang sering terjadi di Jalan Raya Bandung-Soreang, Desa Cingcin, Kecamatan Soreang. Hal ini tentu saja mengganggu dan membuat tidak nyaman para pengguna jalan karena mengakibatkan banjir cileuncang yang cukup deras dan dalam.
“Memang penyebabnya sampah yang banyak menyumbat drainase sehingga aliran air di drainase tidak mengalir normal. Karena itu kami menghimbau agar masyarakat turut membantu dengan tidak membuang sampah sembarangan seperti ke saluran drainase,” ungkap Akos.
Sebaliknya, warga menuding banyaknya sampah yang menyumbat drainase itu berasal dari Pasar Soreang. Akos bilang pihaknya pun sudah berkordinasi dengan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) Pasar Soreang untuk bisa mengelola sampah pasar dengan lebih baik, tanpa harus menunggu sampah menggunung baru diangkut.
“Kita sudah minta ke UPTD Pasar Soreang agar sampah pasar bisa dikelola sehingga bisa lebih terfilter dengan cara memilah sampah, sehingga timbunan sampah tidak terus menggunung di tempat penampungan sampah sementara dan bisa ditekan dan tidak meluber ke saluran air dan menyumbatnya. Apalagi kemampuan armada kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) juga terbatas dan proses pengangkutannya terjadwal,” kata dia. Apalagi kontur wilayah Soreang menurutnya cenderung miring atau menurun ke arah utara sehingga turut memperlancar hanyutnya sampah Pasar Soreang di gorong-gorong.
Kedepannya, lanjut Akos, Pemkab Bandung berencana membuat masterplan saluran drainase atau gorong-gorong yang lebih besar, termasuk untuk saluran ducting cable untuk kabel serta optik yang ditanam di dalam tanah. Ducting cables diperlukan sebab kabel yang semrawut tertanam di dalam tanah atau pipa saluran air PDAM pun kerap jadi penyebab sampah tersangkut dan menyumbat drainase.
Sebelumnya diberitakan, warga khusunya para pengguna jalan mengeluhkan banjir cileuncang yang melanda jalan raya di sekitar pusat pemerintahan Kabupaten Bandung di Soreang, sekitar pukul 19.00 WIB, Senin (8/5/17).
Seperti yang terjadi di sekitar Kompleks Pemkab Bandung, bahkan banjir makin parah di sekitar bunderan Warung Lobak (Warlob), Desa Gandasari, Kecamatan Katapang. Banjir cileuncang di kawasan tersebut kerap terjadi kalau turun hujan deras di Soreang dan sekitarnya. Warga menuding sistem drainase yang buruk jadi penyebab utama air meluap ke badan jalan.