Selasa, November 26, 2024
spot_img
BerandaBale BandungPengrajin Bata Merah Nagreg Gulung Tikar

Pengrajin Bata Merah Nagreg Gulung Tikar

Pengrajin bata merah di Kp Mekarsari, Desa Mandalawangi, Kec Nagreg, Kab Bandung. by TAM/bbcom
Pengrajin bata merah di Kp Mekarsari, Desa Mandalawangi, Kec Nagreg, Kab Bandung. by TAM/bbcom

NAGREG – Tingginya biaya produksi dibanding harga penjualan bata merah, mengancam ratusan perajin bata merah di Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung, gulung tikar.

Seperti pengakuan salah seorang perajin bata merah, Ny Entin (27), warga Kampung Mekarsari, Desa Mandalawangi, Kecamatan Nagreg, untuk memproduksi bata sebanyak 30 ribu buah, biaya yang dibutuhkan perajin bisa mencapai Rp 10 juta.

“Biaya Rp10 juta tersebut dibutuhkan untuk pembelian tanah liat, pengadaan abu sekam, hingga proses pembakaran. Tapi hasil penjualan keseluruhan bata merah yang sudah jadi itu malah kurang dari Rp10 juta,” ungkap Entin kepada Balebandung.com di tempat produksinya, Selasa (2/2/16).

Ia menambahkan, harga jual bata merah yang sudah jadi, paling tinggi biasanya hanya Rp300 per buah. Tapi kadang bandar juga menawar hingga Rp290 per batanya. “Sekarang hitung aja, kalau dijual paling tinggi Rp.300, dikalikan 30.000 bata, kami hanya mendapat Rp 9 juta. Sedangkan biaya produksi mencapai Rp10 juta,” urai Entin.

Hal serupa juga dirasakan pengrajin batu bata lainnya, Iskandar (39) yang mengaku bata merah produksi para perajin dihargai Rp400/buah. Mereka masih bisa menyisihkan penghasilannya untuk biaya produksi ke depannya.

“Sebetulnya untuk menjual bata buatan kami tidaklah sulit, karena di Nagreg banyak bandar yang siap membeli bata produksi kami. Tapi ya harga paling tingginya hanya Rp300,” ungkap Iskandar.

Selama ini warga Kampung Mekarsari yang mayoritas beprofesi sebagai pembuat bata merah, untuk memproduksi batanya harus meminjam modal dengan sistim tengkulak, sehingga para perajin tidak bisa menghasilkan keuntungan yang maksimal.

“Kebanyakan kita tidak bermodal sendiri, tapi pinjam dari bandar. Ini yang membuat kami tidak pernah mendapat keuntungan lebih. Hasilnya hanya cukup untuk menyambung hidup saja,” tutur Iskandar.?

?Para perajin berharap, pemerintah bisa memberikan perhatian banyak terhadap perajin batu bata merah. Minimal memfasilitasi permodalan dengan cara membuatkan koperasi agar para perajin tidak terlilit utang dengan bunga yang besar. by TAM

spot_img
BERITA LAINYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

TERKINI

spot_img