KBB – Minimnya anggaran pemeliharaan, membuat hampir semua peralatan pemadam kebakaran di UPTD Damkar pada Dinas Satpol PP dan Damkar Kabupaten Bandung Barat (KBB), rusak dan tidak berfungsi.
Kondisi itu dikeluhkan karena membuat kinerja petugas di lapangan menjadi tidak maksimal. Bahkan tak jarang akibat peralatan yang tidak mendukung, keselamatan personel petugas pemadam saat memadamkan kebakaran ikut terancam.
“Alat-alat itu fungsinya sangat vital ketika terjadi kebakaran. Namun karena minim anggaran pemeliharaan, maka hampir sebagian alat-alat itu saat ini kondisinya rusak,” ungkap Dadang Dahyar, Kabid Pemadam Kebakaran pada Dinas Satpol PP dan Damkar KBB, Senin (18/12/17).
Dadang mengatakan, peralatan yang rusak kebanyakan adalah alat-alat yang sangat dibutuhkan ketika terjadi kebakaran. Seperti selang, pompa penyedot air, white conection untuk selang, jaket pemadam, nozzle, sepatu tahan api, alat pemotong, dan juga breathing aparatus.
Alat-alat itu merupakan pengadaan sejak UPTD Damkar KBB dibentuk pada 2007 silam dan hingga kini belum diganti. Akibat terus menerus digunakan, maka lama kelamaan banyak yang rusak dan tidak berfungsi. Sebab alat tersebut memiliki batas waktu penggunaan yang setelah sekian tahun harus diganti.
Tidak hanya itu, anggaran untuk pemeliharaan kendaraan dan suku cadang juga terbilang minim. Apalagi dari empat mobil pemadam di KBB ada yang berusia lebih dari 10 tahun sehingga biaya pemeliharaan rutinnya cukup tinggi.
Diakuinya, alat pemadam kebanyakan harganya mahal karena memiliki spesifikasi khusus. Seperti harga breathing aparatus untuk barunya sekitar Rp45 juta, kemudian selang air Rp10-12 juta, sepatu bot tahan api Rp2,5 juta, dan lainnya.
“Kami sudah sering mengajukan untuk perbaikan atau pengadaan baru ke pimpinan, tapi sampai saat ini belum juga terealisasi,” keluhnya.
Ditanya mengenai jumlah kejadian kebakaran hingga pertengahan Desember 2017, saat ini tercatat ada 97 kebakaran dengan korban meninggal 3 orang, luka 1, dan kerugian materi puluhan miliar rupiah.