BANDUNG – Sebanyak 1.300 pelajar SMA se-Kota Bandung jadi relawan kegiatan Tantangan Berbagi Buku untuk Tunanetra yang difasilitasi Pemkot Bandung. Kegiatan ini digagas Yayasan Mitra Netra dan dilaksanakan di Plaza Balai Kota Bandung, Rabu (14/9/16).
Kegiatan ini menjawab tantangan Wali Kota Bogor Bima Arya kepada Wali Kota Bandung Ridwan Kamil untuk berbagi buku bagi tunanetra. Caranya dengan menggalang relawan agar mengetik buku-buku fiksi maupun non-fiksi untuk dikonversi menjadi bentuk digital dan braile.
“Alhamdulillah, Bandung melebihi yang diharapkan. Ada 1.300 anak disiapkan menulis 1.500 buku,” tutur Ridwan Kamil. Ia lantas turut menyelesaikan ketikan buku “Legenda Sangkuriang” setelah membuka dan meresmikan acara.
Usai melaksanakan tantangan ini, Ridwan lalu juga menantang Wali Kota Makassar Dani Pomanto untuk turut menggelar kegiatan serupa di Kota Makassar. “Dan karena ini gerakan untuk meng-Indonesia, di bawah motivasi dari Ibu Anita Chairul Tanjung, saya menantang Wali Kota Makassar, kota terbesar di timur Indonesia, agar menggemakan gerakan ini di Indonesia bagian timur. Jadi kepada Pak Dani Pomanto, kalau mendengar dan melihat, mari dukung berbagi buku tunanetra ini di kota kita masing-masing,” tantangnya.
Kota Makassar dipilih Ridwan agar gerakan ini dapat segera menyebar luas hingga ke seluruh Indonesia. “Pertimbangannya supaya melompat meratanya jauh lebih terasa. Menurut pendapat saya, kalau masih di Pulau Jawa, gemanya agak masih disitu-situ aja. Tapi kalau langsung ke timur, di Jawanya sudah dihebohin sama Bogor dan Bandung, yang timurnya kita hebohkan dan kita ramaikan dari Makassar, mungkin nanti terus ke wilayah-wilayah timur,” tuturnya.
Melalui kegiatan ini, Ridwan mengaku terinsiprasi untuk mengembangkan kegiatan yang serupa. Ia ingin memanfaatkan pengikut media sosialnya yang telah mencapat 4,1 juta akun untuk menyebarluaskan kampanye ini.
“Jadi rencananya kalau dengan media sosial, siapapun boleh ngetik dimanapun. Nanti hasilnya dikirim ke sebuah alamat, nanti alamat itu yang mengoleksi hasil ketikannya, dan dikonversi jadi buku digital dan buku braile. Jadi tidak dibatasi,” cetus Ridwan.
Tak sampai di sana, Ridwan juga menggagas agar bantuan untuk mengkonversi buku fisik menjadi digital dan braile bisa dilakukan lebih massif. “Kita punya ratusan ribu anak sekolah kan, ini hanya 1.300. Kalau saya rutinkan, tinggal bukunya tolong dibantu. Mungkin oleh sebuah kurasinya, buku apa yang bisa kami transformasikan. Mudah-mudahan hal ini jadi rutin. Itu semangat dari Bandung,” kata dia.
Ketua Pembina Yayasan Mitra Netra Anita Chairul Tanjung menjelaskan di Indonesia, berdasarkan data dari IKAPI, terbit 30 ribu buku setiap tahunnya. Namun dari jumlah tersebut, hanya ada 2.800 buku braile dan 2.500 buku audio. Hal tersebut dinilai belum cukup memenuhi kebutuhan buku bagi penyandang tunanetra.
“Oleh karenanya saya sangat berterima kasih sekali kepada Wali Kota Bandung, Bapak Ridwan Kamil yang sangat optimis dan juga mendorong warganya untuk sama-sama bahu-membahu, untuk sama-sama mengakses buku bagi para tunanetra,” ucap Anita.
Berdasarkan rilis yang diterima Diskominfo Kota Bandung, gerakan “Tantangan Berbagi Buku untuk Tunanetra” ini merupakan bagian dari kepedulian masyarakat terhadap para tunanetra agar mereka bisa mendapatkan akses yang sama terhadap buku. Gerakan ini mulai disebarluaskan melalui berbagai media, termasuk media sosial.
“Tantangan Berbagi Buku untuk Tunanetra tidak hanya mengajak masyarakat jadi relawan, juga mengajak masyarakat turut berperan menyebarluaskan gerakan ini melalui media sosial, sehingga dapat menjangkau masyarakat dari pelbagai kalangan seluas mungkin,” pungkas Anita.