NGAMPRAH – Salah satu ruangan kelas, SDN Tegallaja terletak di Kampung Tegallaja, Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat, ambruk pada, Rabu (31/10/18) sekitar pukul 08.30. Kelas itu merupakan bangunan lawas dan terakhir kali dilakukan perbaikan 2007 silam.
“Memang kondisinya harus segera direhab,” ujar Sekretaris Dinas Pendidikan KBB, Jalaludin, Kamis (1/10/18).
Faktor bangunan yang lawas disertai faktor cuaca, balok penahan atap bangunan sekolah mengalami patah. Tak ayal, atap bangunan ruang kelas SD itu langsung ambruk seketika.
“Kepala sekolahnya saja lelet karena banyak kesibukan. Padahal saya sudah meminta secepatnya untuk diperbaiki,” sebut Jalal.
Beruntung, kejadian nahas itu tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Ketika kejadian tidak ada kegiatan belajar mengajar di ruangan kelas tersebut.
“Teuing pakai dana anu mana (Enggak tahu pakai dana yang mana, red). Yang jelas perbaikan harus segela dilakukan agar bisa kembali digunakan,” sebut Jalal.
Setidaknya ada 704 sekolah dasar negeri di KBB, di antaranya harus segera dilakukan perbaikan. “Kami minta kepada sekolah untuk melaporkan jika ada ruang sekolah yang mengalami kerusakan,” tuturnya.
Bangunan ruang kelas SDN Tegallaja di Kampung Tegallaja, Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, ambruk pada Rabu (31/10) pagi sekitar pukul 08.30 WIB.
Insiden ini sempat membuat pihak sekolah dan para siswa panik karena khawatir ada yang terluka atau terperangkap di dalam kelas. Namun setelah dilakukan pengecekan, tidak ada siswa yang terkena reruntuhan bangunan.
“Kejadiannya pagi pas kegiatan belajar mengajar, tapi tidak ada siswa yang terluka. Ruang kelas ambruk yang dipakai belajar kelas satu,” kata penjaga SDN Tegallaja, Darajat (52).
Dia mengemukakan, ruang kelas yang atapnya ambruk total adalah milik kelas satu. Tapi dampak dari ambruknya atap kelas itu mengakibatkan kelas di sebelahnya yang ditempati kelas dua dan kelas tiga juga mengalami kerusakan yang cukup parah.
Yakni atap langit-langitnya belah dan dinding bangunan mengalami retak. Kondisi ini membuat pihak sekolah terpaksa mengungsikan siswa kelas dua dan tiga karena khawatir akan menyusul ambruk.
Bangunan sekolah ini, lanjut dia, dibangun pada tahun 1982 dan sempat mengalami renovasi total pada tahun 2007. Dikarenakan bangunannya sudah tua ditambah selama tiga hari hujan turun terus menerus, membuat bangunan sekolah ini tidak kuat menahan beban sehingga ambruk.
Pihak sekolah sudah melakukan antisipasi dengan memindahkan kegiatan belajar kelas satu ke ruang dinas guru, sementara kelas dua dan tiga belajar di pelataran sekolah.
“Sejak dari Hari Senin siswa kelas satu belajarnya sudah dipindahkan, sementara kelas dua dan tiga baru tadi belajar di pelataran kelas. Tapi pas ruang kelas itu ambruk semua siswa sempat panik dan kaget karena menimbulkan suara yang sangat keras,” tutur Darajat.
Menurutnya, untuk kegiatan belajar ke depan siswa akan dibagi dalam dua shift dengan menggunakan ruang kelas 4, 5, dan 6. Karena hanya ruang kelas itu yang masih tersisa dan layak untuk dipakai belajar, nantinya siswa kelas 1-3 belajar pagi dan siswa kelas 4-6 belajar siang. Tidak hanya itu ruang perpustakaan di sekolah ini juga atapnya doyong dan rawan ambruk sehingga sudah sejak lama tidak dipakai. ***