BANDUNG – Helaran Senibandung#1 sudah kelar. Kota Bandung sukses mencetak sejarah pertama kalinya menyelenggarakan pagelaran kesenian selama sebulan penuh, dari tanggal 25 September -25 Oktober 2017.
Penutupan acara dihadiri Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Dewi Kaniasari. Direktur Eksekutif Senibandung#1 Iman Saleh dan Direktur Artistik Heru Hikayat turut hadir.
Ridwan mengaku sangat puas dengan keberhasilan Iman Saleh menyutradarai Senibandung#1. Bersama para direktur dan kurator, ia menghadirkan wahana kesenian di seluruh wilayah Kota Bandung.
“Saya sangat puas, saya sangat terharu,” ungkap Ridwan usai penutupan Senibandung#1 di Cikapundung River Spot, Jl. Ir. Soekarno Kota Bandung, Rabu (25/10/17).
Bagi Ridwan, Senibandung#1 adalah langkah pembuka bagi pemerintah kota untuk mewujudkan visi Kota Bandung mengedepankan kebudayaan di atas pariwisata. “Ini adalah penterjemahan dari semangat dari Pemkot Bandung yang mendahulukan kebudayaan ketimbang pariwisata,” tandasnya.
Dulu, kata Ridwan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terlalu fokus pada pengembangan ekonomi pariwisata dan lupa pada pembangunan pondasi kebudayaan.
“Kami berharap ini menjadi simbol, maka acara ini akan dibuat tahunan setiap tanggal 25 September sampai 25 Oktober,” ujar Ridwan.
Ridwan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada panitia pelaksana di bawah komando Iman Saleh yang telah bekerja keras sejak setahun lalu untuk mewujudkan mahakarya itu. Ridwan bahkan ingin agar Senibandung#2 dan Senibandung#3 juga dinakhodai oleh Iman Saleh.
“Saya tugaskan Kang Iman Saleh selama tiga tahun untuk memastikan transfer generasi betul-betul sudah mantap. Tinggal kualitas-kualitas berkeseniannya disempurnakan dari tahun ke tahun,” ucapnya.
Di akhir acara penutupan, Direktur Artistik Senibandung#1 Heru Hikayat mengumumkan tema untuk pelaksanaan Senibandung#2, yaitu “Menjadi Manusia” (Being Human).
“Tema tersebut diangkat sebagai upaya untuk mengekspresikan isu kemanusiaan yang intensif ditampilkan pada kerja para artis,” tutur Heru.
Agenda tersebut dibagi menjadi empat subtema, yaitu Memori, Toleransi, dan Keberagaman; Konflik dan Rekonsiliasi; Identitas dan Gender; dan Tubuh.