SOREANG – Niat membantu para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) pembuatan sepatu kulit, mendorong Utis Sutisna (47) salah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Sekertariat DPRD Kabupaten Bandung membuat merek dagang sendiri.
Adalah USA alias “Utis Soreang Asli Original Kab Bandung”. Hasilnya berbagai produk sepatu kulit berkualitas setara dengan berbagai merek ternama dunia yang tercipta dari tangan-tangan terampil warga Kabupaten Bandung dan cukup diminati masyarakat.
Utis mengisahkan pertemuannya dengan para perajin sepatu kulit di Kampung Mandalagirang Desa Sukajadi Kecamatan Soreang beberapa waktu lalu. Ia tertarik dengan keterampilan para perajin sepatu di kampung itu. Para perajin di sana, kata dia, terbiasa menerima pengerjaan berbagai jenis sepatu, sandal kulit untuk pria dan wanita, dari berbagai produsen dengan merek ternama di Indonesia.
“Saya melihat potensi UKM Kabupaten Bandung, khususnya Soreang itu sangat besar. Dari mulai fashion hingga sepatu kulit pun ada. Tapi mungkin meskipun mereka itu punya keahlian, namun belum semuanya beruntung. Seperti para perajin sepatu ini mereka hanya bisa menerima order atau maklun dari berbagai merek besar saja. Belum bisa mandiri dan memiliki merek dagang sendiri,” kata Utis, Minggu (23/10/16).
Secara keahlian, kata Utis, para perajin sepatu di Soreang ini, bisa dikatakan cukup andal. Bayangkan saja, berbagai merek sepatu ternama, biasa mereka kerjakan. Tentunya dengan kualitas yang menyamai dari merek-merek sepatu kulit dari produsen besar baik dalam maupun luar negeri. Maka tak heran, kalau selama ini para perajin itu dipercaya mengerjakan berbagai jenis sepatu kulit oleh beberapa pemilik merek ternama itu.
Namun sayangnya, karena hanya menerima pesanan dari berbagai produsen sepatu ternama, akhirnya, kata dia, para perajin ini tetap saja sulit berkembang. Bahkan, untuk menambah permodalan saja, mereka tak memiliki akses pada lembaga keuangan resmi seperti perbankan.
“Pemegang merek besar itu menyimpan peralatannya di rumah-rumah perajin. Jadi setiap ada order mereka tinggal mengerjakan, tapi kan kalau terus seperti ini mereka sulit berkembang tetap saja hanya menjadi buruh. Padahal mereka punya potensi untuk berkembang lebih maju,”ujarnya.
Cuma sayangnya, kata dia, selama ini para perajin sepatu di Kampung Mandalagirang atau para pelaku UKM secara umumnya mereka sangat sulit untuk berkembang. Salah satu kendalanya yakni sulitnya mendapatkan bantuan permodalan. Seperti para perajin sepatu ini, bukan tidak ada upaya dan keinginan untuk maju, namun kesulitan mengakses bantuan permodalan menjadi kendala utamanya.
“Ini yang membuat saya prihatin, perajin yang saya bina ini dia mengaku beberapa kali mengajukan pinjaman ke bank selalu ditolak. Begitu juga meminta bantuan kepada otoritas terkait pun sama sulitnya. Dari sana saya berpikir, saya ini seorang PNS, tugasnya adalah pelayan masyarakat, dan inilah salah satu kewajiban yang harus saya kerjakan. Yakni membantu mengembangkan usaha mereka, sebagai pelayan rakyat itu tidak harus selalu sesuai Tupoksi di kantor saja,” kata dia.
Berangkat dari keinginannya untuk membantu kehidupan para perajin sepatu kulit yang ada di daerahnya, sekaligus ingin memperkenalkan berbagai produk yang dihasilkan oleh para pelaku UKM di Kabupaten Bandung, khususnya Soreang, ia membuat menciptakan merek dagang sendiri. Yang diambil dari namanya yakni USA alias Utis Soreang Asli Original Kab Bandung.
“Mereka kan kesulitan modal, saya coba bantu. Pertama sebesar Rp 5 juta lalu ditambah lagi jadi Rp 8 juta. Itu untuk belanja beberapa peralatan dan bahan baku sepatu kulit. Alhamdulillah, meskipun masih tergolong baru, usaha perajin sepatu ini bisa mempekerjakan 20 orang warga sekitar. Ini yang saya coba lakukan adalah pemberdayaan masyarakat,seusai potensi yang dimilikinya,”katanya.
Saat ini, lanjut Utis, sepatu kulit dengan merek dagang USA, mulai diminati masyarakat. Ini tak terlepas dari kerja keras Utis yang terus menerus mempromosikan sepatu hasil karyanya bersama para perajin sepatu di Kampung Mandalagirang. Apalagi, tugasnya di Sekertariat DPRD sebagai penerima tamu mempermudah usahanya memasarkan USA.
“Di kantor kan saya bagian menerima tamu yang kunjungan dari berbagai daerah. Sambil melaksanakan tugas, saya juga coba tawarkan kepada mereka. Selain kepada para anggota DPRD yang datang dari luar daerah, sepatu ini juga saya pasarkan kepada teman-teman sesama PNS di Pemkab Bandung. Karena kualitasnya bisa menyamai produk-produk ternama, namun dengan harga jauh lebih murah, mereka banyak yang tertarik dan memesan,”ujarnya.
Memang, harga jual sepatu kulit bermerek USA ini jauh lebih murah ketimbang merek ternama yang biasa dijajakan di berbagai toko sepatu ternama di Indonesia. Utis biasa menjual dari mulai harga Rp 150 ribu hingga Rp 750 ribu. Karena harga yang terjangkau dengan model dan kualitas menyamai produk sepatu kulit ternama, penjualan sepatu USA terus menggeliat. Berbagai pesanan dengan beragam model pun terus mengalir.
“Kami bisa mengerjakan berbagai jenis sepatu dan sandal, pria dan wanita. Mau menyerupai sepatu merek apapun bisa kami kerjakan, tapi tentunya dengan merek kami sendiri yakni USA. Kan kalau pakai merek orang lain, itu namanya pembajakan merek dagang,” ungkapnya.
Kerelaannya untuk membantu para pelaku UKM yang selama ini bisa dikatakan terpinggirkan nasibnya, dilakukan Utis tak hanya kepada perajin sepatu kulit di Kampung Mandalagirang saja. Saat inipun, Utis mendampingi salah seorang perajin T-Shirt yang ada di Kecamatan Katapang. Bersama istri dan anaknya, ia membantu pemasaran berbagai produk T-shirt produksi UKM tersebut.
“Saat ini juga tengah mengembangkan usaha bengkel motor Vespa, bersama beberapa anak muda di sini. Ini saya lakukan agar anak-anak muda punya kegiatan positif yang bisa jadi bekal untuk kehidupan mereka. Jangan sampai anak-anak muda ini menganggur, karena kalau nganggur yah bisa menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Ini adalah tugas kita semua sebagai pelayan rakyat, bukan hanya tugas dari dinas tertentu saja,” ujar pehobi motor Vespa ini.