BANDUNG, Balebandung.com – Dalam rangka pembangunan kekuatan TNI, telah dibentuk beberapa organisasi baru pada kurun waktu 2018 sanpai 2019. Hal ini terungkap dalam sambutan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, yang dibacakan Pangdam III/Siliwangi Letjen TNI Tri Soewandono, saat upacara peringatan HUT ke-74 TNI di Lapang Gasibu Bandung, Sabtu (5/10/19).
Ketujuh organisasi tersebut antara lain pembentukan Divisi Infanteri -3/Kostrad, Koarmada III, Koopsau III dan Pasmar-3 Korps Marinir pada tanggal 11 Mei 2018, guna menghadapi trouble spot di wilayah Indonesia Timur.
Kemudian, pembentukan Satuan TNI Terintegrasi (STT) Natuna pada tanggal 18 Desember 2018 sebagai pangkalan aju bagi unsur-unsur TNI yang beroperasi di wilayah utara Indonesia.
Pembentukan Komando Operasi Khusus (Koopssus) TNI pada tanggal 30 Juli 2019 untuk menyelenggarakan operasi khusus guna menyelamatkan kepentingan nasional di dalam maupun di luar wilayah NKRI.
Pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I, II dan III pada tanggal 27 September 2019 untuk menyelenggarakan kampanye militer, operasi gabungan dan operasi lainnya dalam rangka melaksanakan tugas pokok TNI.
Menghadapi kompleksitas ancaman di atas, kata Panglima, diperlukan postur TNI ideal yang dibangun sesuai kebijakan pertahanan negara dan disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.
“Sebagai alat Negara, tugas TNI tidak terlepas dari perubahan lingkungan strategis yang berkembang dinamis dan semakin kompleks,” ujar Pangdam.
Perkembangan dunia telah menciptakan dimensi dan metode peperangan baru. Kemajuan teknologi yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, juga membawa dampak disruptif di berbagai bidang.
“Hal ini telah menjadikan konsep peperangan menjadi tidak lagi terbatas dalam suatu batas tetitorial dan masuk keberbagai dimensi. Sebagai contoh perang siber yang diserta perang informasi, walaupun tidak menghancurkan namun sangat merusak bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara,” papar Pangdam.
Konsep-konsep ini pun mengaburkan filosofi perang konvesional dengan menggeser dimensi waktu, karena perang-perang tersebut terjadi di masa damai.***