BANDUNG, Balebandung.com – Calon Bupati dan Wakil Bupati Bupati Bandung nomor urut 3 HM Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan masih konsisten mengungguli dua kandidat lainnya, Kurnia Agustina-Usman Saygogi, serta Yena Iskandar Ma’soem-Atep, pada survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network Denny JA dalam H – seminggu.
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Network Denny JA, Toto Izul Fatah menyatakan, tidak ada pergerakan elektabilitas yang dinamis dari hasil survei LSI dua minggu sebelumnya, karena semua kandidat dalam posisi dukungan yang relatif stabil.
“Pasangan calon Bersama Dadang-Sahrul (Paslon Bedas) ini masih setia di posisi elektabilitas yang kurang lebih sama dengan survei dua minggu sebelumnya, yaitu 45,7 persen,” kata Toto dalam rilisnya, Sabtu (5/12/20).
Sementara, pasangan Kurnia-Usman harus puas di posisi 28,2 persen dan Yena-Atep 14,0 persen. Pada dua minggu sebelumnya, Dadang-Sahrul 45,9 persen, Kurnia-Usman 28,9 persen dan Yena-Atep naik dalam margin off errror dari 13,4 menjadi 14,0 persen.
Seperti biasa, ungkap Toto, survei menggunakan metodologi standar, yaitu multistage random sampling. Wawancara dilakukan dengan tatap muka menggunakan kuesioner, dengan 1.050 responden dan margin of error 3,1 persen. Survei dilakukan pada periode selama 30 November sampai 1 Desember 2020.
“Dari pengalaman LSI Denny JA melakukan ratusan kali survei, posisi elektabilitas dengan selisih di atas 15 persen dalam H-Seminggu seperti terjadi di Kabupaten Bandung, biasanya tidak pernah mengubah posisi urutan pemenang,” ungkap Toto yang juga peneliti senior LSI ini.
Dinamika mungkin akan terjadi pada selisih perolehan suara yang lebih mendekati urutan diatasnya. “Misalnya, bisa saja, Kurnia-Usman naik dengan elektabilitas di atas 30 persen, tapi cukup sulit untuk bisa menyalip Dadang-Sahrul di atas 45 persen,” sebutnya.
Menurut Toto, hanya tsunami politik dan money politic yang biasanya mengubah drastis posisi elektabilitas seperti itu. Meskipun, tak mudah buat dua kompetitor Dadang-Sahrul untuk membuat dua isu besar, tsunami politik dan money politic itu terjadi.
“Sebab, rumus umumnya, seperti berlaku pada tsunami politik, yaitu seberapa mayoritas publik tahu, dan seberapa mayoritas publik percaya,” jelasnya.
Begitu juga dengan money politic, jika tidak dilakukan massif, tentu tak akan banyak memberi efek signifikan. Bahkan, bisa jadi, alih-alih ingin mendongkrak suara, yang terjadi malah diskualifikasi.
“Dengan kata lain, baiknya semua kandidat berpikir ulang untuk melakukan itu karena selain akan merusak tatanan demokrasi, juga berpotensi kena diskualifikasi,” saran Toto.
Dari temuan data terbaru LSI Network Denny JA, beberapa faktor penting yang membuat Paslon Bedas ini konsisten di posisi elektabilitas tertinggi, yaitu 45,7 persen, karena dukungan yang relatif merata di semua segmen demografis baik gender, suku, agama, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, usia, profesi pemilih partai, pemilih ormas dan bahkan dukungan setiap zona dapil.
Dalam simulasi personal, elektabilitas Dadang Supriatna juga relatif aman di posisi 40 persenan. Hanya, bedanya dengan dua pasangan lainnya, Paslon Bedas ini mendapat suntikan elektabilitas yang cukup besar dari calon wakilnya, Sahrul Gunawan, yaitu 48,9 persen. Bandingkan dengan calon wakil lainnya, Usman Sayogi hanya 16,3 persen dan Atep Rizal 20,0 persen.
Toto menandaskan, kenaikan elektabilitas Paslon Bedas juga terjadi pada pemilih yang berkategori strong supporter, dari sebelumnya, 24,5 persen menjadi 29,5 persen.
“Ini artinya, Paslon Bedas sudah punya bekal suara militan 29,5 persen yang tak akan berubah sampai hari H pencoblosan. Bandingkan dengan modal suara militan pasangan Kurnia-Usman yang 19,6% dan Yena-Atep hanya 8,5%,” kata Toto.***