NGAMPRAH – Pemkab Bandung Barat memutuskan tidak jadi memakai hasil karya arsitektur I Nyoman Nuarta untuk diterapkan pada bangunan Masjid Agung Ash-Shiddiq di Kompleks Perkantoran Pemkab Bandung Barat, Kecamatan Ngamprah.
Salah satu alasannya karena nilai dari hasil karya arsitek kenamaan itu terlalu tinggi sehingga dikhawatirkan anggarannya tidak cukup. Sebagai gantinya maka arsitektur yang akan dipakai di masjid tersebut adalah rancangan arsitek konsultan dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) Kabupaten Bandung Barat (KBB).
“Karya arsitektur I Nyoman Nuarta memang sangat bagus, tapi harganya juga sangat mahal, sehingga kami khawatir anggaran yang ada tidak akan mencukupi,” jelas Kepala DCKTR KBB Anugrah di Ngamprah.
Selain biayanya mahal, ada juga kekhawatiran jika konsep arsitekturnya belum tentu diterima masyarakat KBB. Sehingga akhirnya dipilihlah arsitektur dari pihak konsultan dengan tampilan yang lebih sederhana dan tidak memakan biaya yang terlalu besar. “Dengan tampilan yang sedarha dan kami berharap rancangan ini bisa lebih diterima,” ucapnya.
Anugrah menjelaskan hasil karya I Nyoman Nuarta terdapat penambahan sejumlah aksesoris dan siluet di bagian dindingnya yang menjulang tinggi seperti Colosseum Roma. Itulah yang sempat menjadi kekhawatiran apakah bangunan seperti itu bisa diterima masyarakat KBB atau tidak.
Menurutnya rencananya pembangunan masjid yang sempat tertunda hampir satu tahun itu, akan segera dilanjutkan dengan anggaran bantuan gubernur sebesar Rp 5 miliar. “Jika tidak ada kendala dalam proses lelang, pembangunan masjid ini akan dilanjutkan pada akhir bulan ini,” ujarnya. [fik]